JANGAN MENUHANKAN DEMOKRASI

Kamis, 11 Februari 2010


Dalam suatu diskusi tentang Demokrasi, salah seorang peserta diskusi yang juga merupakan politisi muda menyatakan dengan mantap bahwa “satu-satunya yang dapat menyejahterahkan rakyat adalah demokrasi.” Pernyataan itu disertai berbagai pertimbangan dan alasan yang cukup mumpuni untuk membuat orang percaya, apalagi jika yang mendengarnya hanya melihat orang yang mengemukakan pendapat tersebut, tanpa mau menanyakan isi hatinya sendiri. Akhirnya, dukungan dari pernyataan itu pun mengalir dari sebagian besar peserta diskusi saat itu. Padahal beberapa hari kemudian di Koran Kompas edisi Jum’at 29 Januari 2010, Ahmad Dolly Kurnia, Ketua Umum KNPI jelas menegaskan bahwa “tidak ada korelasi antara demokrasi dengan kesejahteraan masyarakat.

Kepercayaan yang kebablasan atas “mukjizat” sistem demokrasi yang dinyatakan politisi muda tersebut tentu membuat kita yang masih mampu berpikir realis, menjadi miris. Demokrasi seolah-olah merupakan sistem kenegaraan tanpa cacat. Padahal, tak ada satu hal pun di muka bumi ini yang sempurna kecuali Tuhan. Jika seorang anak bangsa negeri ini berpendapat seolah demokrasi adalah “lampu aladin” yang bisa menyelesaikan masalah apapun, maka dimana “matanya” melihat kesemrautan saat ini? Jika ada pula yang menganggap demokrasi adalah “tongkat peri” yang bisa menjelma apapun yang diinginkan, maka dimana “telinganya” mendengarkan jerit tangis si miskin di negeri ini? Demokrasi tentu tak sebanding dengan Tuhan, maka janganlah kita menuhankan demokrasi.

Sistem demokrasi yang dianut bangsa ini sejak dulu masih mencari jati dirinya. Kita telah sepakat untuk “menendang” system komunisme di jiwa negeri ini. Demokrasi adalah pilihan kita berbangsa. Terciptanya kebebasan untuk memilih dan dipilih, kebebasan berpendapat, kebebasan untuk berkreasi, dan lain sebagainya merupakan ciri demokrasi. Demokrasi tak ubahnya sebagai suatu pembelajaran teoritis yang prakteknya tergantung orang yang menjalankannya. Demokrasi tak punya kuasa untuk memaksa jiwa-jiwa yang akan menjalankannya harus patuh kepadanya, karena jiwa-jiwa itu mempunyai pencipta sendiri yakni Tuhan. Oleh karena itu, demokrasi tidak mungkin 100% dapat mensejahterakan rakyat, apalagi jika kita melihat kenyataan pada negeri kita sendiri.

Perubahan system demokrasi pada bangsa ini secara teoritis bertujuan agar negeri ini lebih baik. Tetapi pada kenyataannya tidak sedikit masyarakat kita yang beranggapan justru lebih buruk. Kesejahteraan masyarakat tentu tolok ukurnya bukan sekedar tingkat ekonomi yang semakin baik, tetapi yang terpenting adalah bahwa masyarakat atau rakyat butuh ketenangan terutama rasa aman. Rakyat kita bukanlah pihak yang bodoh dan tentu tak lagi dapat dibodoh-bodohi. Segala konsep tentang demokrasi tentu bertujuan baik, namun aplikasinya ternyata “masih jauh panggang dari api”. Pemilihan langsung masih dikotori oleh money politics, kebebasan menyuarakan pendapat dinodai dengan hilangnya tata karma, keleluasaan berkreasi diracuni dengan ketidakpedulian terhadap norma agama yang berlaku. Kesemuanya itu contoh konkrit belum tuntasnya sistem demokrasi dalam mensejahterakan masyarakat.

Tentu kita juga harus fair bahwa demokrasi juga telah menciptakan kebaikan-kebaikan di negeri ini khususnya. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan demokrasi pada proporsi yang rasional, karena itulah yang dinilai oleh rakyat. Demokrasi adalah pilihan manusia dalam pengelolaan kenegaraan, sehingga lebih rendah dibanding kita manusia, apalagi pencipta manusia. Perumpamaan bahwa Tuhan menjalankan system demokrasi dengan “meminta” pendapat malaikat saat akan menciptakan manusia, sungguh sangat naïf. Akan lebih elegan jika kita mengatakan bahwa demokrasi juga terdapat unsur-unsur yang direstui Tuhan, seperti meminta pendapat jika akan mengambil keputusan.

Sebagai makhluk yang berTuhan, tentu percaya bahwa satu-satunya kekuatan yang dapat melakukan segalanya termasuk mensejahterakan rakyat adalah Tuhan. Kepercayaan ekstrim yang menganggap demokrasi adalah segalanya, tentu perlu diluruskan. Semoga, politisi-politisi kita yang lebih banyak berbicara tentang system kenegaraan demokrasi lebih mendalami hal tersebut dan juga lebih mendalami ajaran-ajaran esensial beragama. Demokrasi tidak lebih dari sekedar system kenegaraan yang plus-minusnya gampang untuk diutarakan, seperti gampangnya melihat positif-negatifnya dalam penerapannya. SEKIAN.

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum