Ketika bangsa ini disibukkan oleh urusan korupsi yang semakin menggurita dan tingkat kriminalitas yang tak terbendung serta gerakan teroris yang menjalar dengan lihainya, maka bangsa ini hanya berbuat instan untuk mengatasinya. Muncullah ketidaknyamanan dalam berbangsa akhir-akhir ini. Belum lagi selesai masalah yang satu, telah menyeruak masalah berikutnya. Rasa frustasi masyarakat negeri ini sudah mulai Nampak ke permukaan. Hampir tak ada secercah harapan pada negeri yang dulu dikenal dengan Zamrud Khatulistiwa, yang dulu dikenal dengan semangat kegotongroyongan tinggi, serta nilai-nilai religius dan etika yang terpatri.
Hampir semua lini prikehidupan telah tergerus oleh nilai-nilai yang “biadab”. Semua tingkatan usia pun memiliki tingkat kebobrokan moral yang membuat miris. Beberapa politisi muda pun tak lepas dari gurita penyelewengan keuangan Negara. Pemerintah juga kelihatan tak banyak beraksi untuk perbaikan, dan kalau pun ada terkesan hanya lifestyle belaka. Kesimpulannya, bangsa yang kita cintai bersama ini telah mengarah ke jurang kegagalan. Harus ada kekuatan besar yang telah berpengalaman untuk menjadi motor penggerak ke arah yang lebih baik. Motor itu tak lain adalah Pemuda.
A. Perjuangan sebagai Khittah Pemuda
Track Record gerakan pemuda dalam sejarah bangsa ini tak diragukan lagi. Jatuh bangunya bangsa ini selalu terselamatkan oleh gerakan pemuda. Sejak zaman pergerakan nasional tahun 1908 – 1928 sebelum bangsa ini mengenyam yang namanya kemerdekaan, pemuda telah berada di jejeran terdepan “mengacungkan tinju” menggerakkan cita-cita Indonesia merdeka. Tidak sampai di situ, pemudalah yang paling “kasak kusuk” menyiapkan segalanya untuk proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno Hatta. Setelah kemerdekaan, pemuda ternyata tetap eksis dalam semangat perjuangannya dengan serangkaian gerakan demi menggusur segala bentuk kekuatan yang merongrong bangsa ini. Lihat saja gerakan pemuda saat peristiwa tahun 65-66 yang melengserkan Orde Lama menuju harapan baru yakni Orde Baru. Ternyata pemuda tetap menjaga eksistensi perjuangan demi bangsa dengan kembali melakukan aksi penyelamatan bangsa dengan mendobrak keangkuhan Orde Baru. Kejatuhan Soeharto tak ada yang menyangkal adalah berkat gerakan pemuda intelek yakni mahasiswa. Reformasi disambut dengan sukacita oleh semua lini kebangsaan kita, hingga akhirnya bangsa Indonesia berada pada masa saat ini. Masa yang kembali memanggil pemuda mengingat dan menggerakkan khittahnya, yakni perjuangan demi bangsa.
Kekuatan besar pemuda harus muncul untuk menahan laju bangsa ini ke jurang kegagalan. Pemuda identik dengan perjuangan demi kejayaan bangsa. Pemuda bagaikan api, yang jika pemantiknya bergerak, api tersebut akan menyala. Pemantiknya itu akan bergerak jika ada kekuatan-kekuatan yang mencoba merongrong kejayaan bangsa dan negeri ini. Pemantik itu kini telah bergerak dengan kencang disebabkan banyaknya anasir-anasir yang ingin menjerumuskan bangsa Indoenesia kepada kegagalan. Inilah alasan kuat, mengapa pemuda harus kembali mengatur shaf untuk mulai menggenggam kembali khittah perjuangannya.
B. Indonesia adalah Bangsa Besar
Indonesia adalah bangsa yang telah matang dengan pahit getirnya perjuangan. Ini pulalah yang menyebabkan bangsa ini “tahan banting” terhadap guncangat stabilitas dari masa ke masa. Ketahanan bangsa dan negeri ini selalu mendapat ujian, baik kecil maupun besar. Sekarang ini, dimasa “kesemrawutan” politik, ekonomi, dan etika bangsa ini mulai tercabik-cabik, maka kekebalan itu kembali diuji. Inilah peluang, bahwa keyakinan kita Indonesia akan kembali bangkit bahkan lebih besar dari sekarang. Namun, keyakinan itu tidak hanya sebatas keyakinan, tetapi harus dialakukan aksi nyata untuk mewujudkan keyakinan itu.
Pemuda sebagai pionir dalam perjuangan menegakkan harkat dan martabat bangsa harus maju membuktikan bahwa bangsa ini adalah yang besar. Berikan secercah harapan kepada bangsa ini untuk kembali menghirup udara segar di tengah “bau busuk” yang ditularkan para penggerogot negeri. Meski beberapa person pemuda yang menjadi elite negeri ini juga tak sedikit yang “menyeleweng” dari khittahnya pemuda, tapi itu jangan sampai membuat seluruh pemuda menjadi patah arang untuk mengembalikan kejayaan bangsa ini. Perlu ada semangat yang “radikal” bahwa kita tidak melihat siapa, tetapi kita hanya menyasar orang-orang yang berbuat “nakal” kepada negeri ini, harus membayar mahal dengan apa yang telah dilakukannya selama ini.
Perlukah para pemuda turun ke jalan untuk menuntut dikembalikannya negeri yang utuh ini dari para elit nakal tadi? Mengapa tidak! Seluruh potensi pemuda harus bergerak sinergi untuk berjuang demi nusa dan bangsa. Para mahasiswa, iconya adalah mimbar bebas dan turun ke jalan. Silahkan. Para eksekutif, wiraswasta, pegawai, dan karyawan, silahkan untuk kembali berjuang pada posisi dan kemampuan masing-masing. Tak ada kata tak mungkin, dan tak ada kata kecil untuk sebuah perjuangan. Pemuda harus meniti jalan perjuangannya tersebut dengan gerakan semua lini demi menyelamatkan potensi kegagalan Negara.
Pemuda dengan potensi fisik, intelektual, dan kebijaksanaan tentu sangat refresentatif memikul tanggungjawab penyelamatan bangsa di masa sekarang, seperti halnya sejarah telah mencatat pembuktian tersebut. Gerakan kembali ke khittah pemuda yakni perjuangan, saat ini sangat urgen untuk dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa hampir semua lini tingkat elite dan para pejabat serta lembaga kenegaraan telah mati suri dalam semangat nasionalisme. Mereka hanya sibuk dengan egoisme kelompok yang mengatasnamakan bangsa dan Negara. Ini adalah suatu hal yang sangat mengkhawatirkan. Untuk itu, pemuda harus maju ke “medan laga” demi penyelamatan bangsa Indonesia sesungguhnya.
Tentu setiap perjuangan butuh pengorbanan, dan bisa saja pengorbanan itu sangat berat buat kita. Namun, itu semua yang menjadikan perjuangan itu punya arti yang tak dapat terlupakan. Keyakinan sebuah perjuangan adalah kejayaan adalah sesuatu yang mutlak. Oleh karena itu, perjuangan yang kita sebagai pemuda lakukan demi bangsa dan Negara adalah sesuatu yang mutlak bertujuan kejayaan negeri ini. Namun, tentu tak dapat kita memastikan bahwa kejayaan itu akan kita nikmati bersama. Sesuatu yang pasti adalah bahwa setiap perjuangan tak akan pernah menjadi sia-sia. Mari, para pemuda kita gelorakan kembali jadi diri kita, khittah kita sebagai pemuda, yakni perjuangan. Selamat berjuang para pemuda. Kejayaan bangsa sedang menuju ke arah kita. SEKIAN
KHITTAH PEMUDA ADALAH PERJUANGAN
Muh. Syukur Salman
Senin, 31 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Akses internet yang cepat adalah dambaan semua orang yang aktif memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung aktifitasnya. Tak terkecuali...
-
Secara formal memang tidak dikenal istilah sekolah favorit di Negeri ini. Namun, hampir di setiap daerah, sekolah favorit tetap ada dan sema...
-
Banyak pihak yang akhir-akhir ini meragukan efektifikasi program sertifikasi guru dapat meningkatkan professionalisme pahlawan tanpa tanda j...
-
Kata Baskom, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “tempat air untuk cuci tangan atau muka”. Namun, pada umumnya ibu r...
-
Malam semakin larut, namun mata Rina belum dapat dipejamkan. Degupan jantungnya semakin kencang saja. Mukena yang dipakainya Shalat Isya bel...
Kata Bijak
Apapun harapan dan cita-citamu, semua tergantung kepadamu. Meski bantuan dari oranglain akan sangat bermanfaat, namun sangat kecil bagian dari pencapaian yang kau raih. Usahamu adalah jalanmu untuk menjadi yang kau inginkan. Oleh karena itu, apapun yang telah kau raih dan dapatkan adalah karena dirimu. Senang atau tidak senang terhadap keadaanmu sekarang adalah akibat dari dirimu sendiri. Jadilah dirimu sendiri adalah jalan yang terbaik dan terindah dalam arung kehidupan ini. MS2
Mengenai Saya

- Muh. Syukur Salman
- Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia
- Lahir di Parepare, 35 tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Agustus 1973. Menyelesaikan pendidikan tertingginya di Universitas Negeri Makassar tahun 2004 pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Profesi keseharian adalah Kepala SD Negeri 71 Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Kegemaran dibidang tulis menulis juga membuatku telah menerbitkan 3 buku cerita anak, 1 buku kumpulan ESAI/OPINI pendidikan, dan 1 buku kumpulan cerpen remaja Islam. Mempunyai dua anak berumur 4 tahun yang laki-laki bernama Muh. Uswah Syukur dan berumur 2 tahun yang perempuan bernama Sitti Hasanah Syukur,serta seorang istri cantik bernama Mukrimah.
0 komentar:
Posting Komentar