Sebagai unsur terpenting dalam pengakuan seseorang pada masa sekarang ini, pendidikan semestinya memang harus mendapat perhatian yang lebih dari segalanya. Keberadaan organisasi dan individual yang memperjuangkan pendidikan patut mendapat acungan jempol. Walau politik juga termasuk materi pendidikan itu sendiri, namun pendidikan tak dapat dipolitisir. Setiap kita mungkin telah sepaham bahwa pendidikan tersebut sangatlah penting. Penting, karena salah satu hakekat pendidikan adalah memanusiakan manusia.
Sebagai daerah yang salah satu visinya adalah pendidikan, tentu saja Parepare yang telah paham betul bahwa pendidikan merupakan anasir utama untuk memajukan kota ini, baik dari segi pisik maupun non pisiknya. Terbentuknya beberapa organisasi yang bergerak bagi kemajuan pendidikan Parepare yang selanjutnya menyatakan diri sebagai stake holdernya pendidikan di Parepare, sungguh sangat kita syukuri. Usaha-usaha yang dilakukan yang pada teorinya dimaksudkan untuk kemajuan pendidikan di kota ini tentu patus diacungi jempol. Namun, sangat mengherankan karena setelah sekian lama usaha untuk memajukan pendidikan di Parepare ini digembar-gemborkan, perubahan ke arah yang lebih baik sangat minim.
Mengapa hal itu dapat terjadi? Salah satu penyebabnya yang paling mendasar karena tidak dilibatkannya guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam penerapan suatu kebijakan pendidikan yang justru sangat menyentuh bidang profesi guru itu sendiri. Guru, hanya sebagai penonton belaka. Guru hanya diam, menanti kebijakan yang akan diterapkan kepadanya. Guru seolah-olah robot atau benda mati yang siap menerima apa saja. Bahkan terkadang anggapan orang-orang yang menyanjung dirinya sebagai stake holder pendidikan, bahwa mutu guru di Parepare sangat rendah dijadikan bahan sehingga keterlibatan guru dalam program peningkatan kualitas pendidikan dikebiri. Sebenarnya yang sungguh wajar disebut stake holder pendidikan itu pada hakekatnya adalah guru. Oleh karena itu tak diragukan lagi bahwa kecenderungan mentoknya usaha-usaha yang digerakkan tadi, disebabkan tidak terlibatnya guru dalam persiapan program tersebut.
Kalau ditanya, bahwa siapa yang paling tahu permasalahan pendidikan dimana saja, tak terkecuali di Parepare ini, jawabnya adalah guru. Guru tidak hanya meneropong dari atas, tidak hanya melakukan penelitian semu, dan tidak hanya asal ngomong, tetapi langsung berjibaku dengan pahit getirnya dunia pendidikan itu. Untuk itu, agar kondisi ini tidak berlarut-larut, dan mudah-mudahan tidak ada yang sengaja membuat kondisi ini menjadi “status quo”, maka solusinya adalah guru. Tanya dan libatkan guru dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan program yang berhubungan dengan pendidikan. Hakekat kita mengurusi pendidikan tak lain dan tak bukan adalah agar kualitas pendidikan kita meningkat dari segi keilmuan maupun etika. Jika berbicara masalah keilmuan dan etika, maka tak ada yang paling tahu, kecuali guru tentu saja sebatas bidang profesinya.
Apa yang diperlukan pendidikan di Parepare agar kualitas dapat ditingkatkan? Program apa yang baik untuk diterapkan? Bagaimana permasalahan di sekolah sebagai pengejawantahan pendidikan itu? Semua pertanyaan itu dan serupa dengan itu memerlukan keikutsertaan guru untuk mendalami jawabannya. Bukan juga salah satu alasannya karena guru mengetahui hal tersebut, tetapi yang terpenting adalah mau tidak mau, suka tidak suka, semua program yang dicanangkan demi peningkatan mutu pendidikan, pasti bersinggungan keras dengan guru.
Guru kita masih berkutat dengan masalah kurikulum, guru kita masih berkerut dengan hubungan social mereka terhadap atasannya (guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah), guru kita masih berdakdikduk dengan kesejahteraan mereka, guru kita masih bingung dengan kurangnya keterlibatan mereka dalam perencanaan program pendidikan, dan masih banyak yang lainnya masalah yang sungguh sangat membutuhkan keterlibatan “stake holder” tadi untuk mengatasinya. Secara logis bahwa sebenarnya cukup perhatian kita tertuju pada permasalahan itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Parepare.
Lebih jelasnya dapat kita menarik benang merah terhadap permasalahan ini sebagai berikut: Jika kita mampu untuk mengurangi sebagian perkutatan guru tadi, misalnya kita lebih menghargai pendapat guru terhadap permasalahan pendidikan itu, atau kita berusaha untuk membentuk hubungan harmonis di sekolah dan lainnya, maka dapat diyakini bahwa talenta dan kesungguhan mendidik dan mengajar guru akan meningkat. Peningkatan ini tentunya akan mendorong kualitas peserta didik yang menjadi tolok ukur nominal pencapaian hasil yang menunjukkan kualitas yang meningkat pula. Peningkatan kualitas akan mendatangkan kepercayaan dari masyarakat terhadap kesungguhan usaha kita untuk memajukan pendidikan di Parepare, karena kepercayaan muncul jika telah melihat hasil, sehingga kita tak perlu repot lagi mengadakan acara pengumpulan dana atau semacam gerakan-gerakan yang ujung-ujungnya hanya menjadi acara seremonial belaka. Kepercayaan masyarakat ini tentu saja akan disusul dengan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha tersebut. Apresiasi dan penghargaan tadi tentu kembali kepada guru lagi. Lingkaran sebab akibat ini dapat dikatakan sebagai lingkaran malaikat (bukan lingkaran setan), karena dimulai dengan benar dan niat yang suci.
Jadi, apakah “stake holder” tadi masih diperlukan demi cita-cita kita untuk mewujudkan visi pendidikan Parepare tadi? Tentu! Bahkan kita masih perlu lebih banyak lagi yang memikirkan pendidikan itu. Hanya saja, kita tidak menginginkan mereka bagaikan berjalan di atas awan tanpa menginjakkan kakinya di tanah, padahal mereka harus memperbaiki yang ada di tanah tadi. Dengan kata lain mereka harus melibatkan pemain utama pendidikan itu, yakni guru. Jangan jadikan guru hanya sebagai penonton! Ikutkan mereka memikirkan tugas mereka. Jangan hanya mencap mutu guru rendah, selain itu belum pasti, kita juga belum berusaha untuk meningkatkannya.
Semoga tulisan ini dapat menjadi bagian dari kampanye peningkatan kualitas pendidikan di Parepare, karena keberhasilan kampanye tidak ditandai dengan hadirnya walikota atau pejabat, tetapi apakah kampanye itu menyentuh terhadap apa yang dikampanyekan. Akhirnya, kita harus selalu optimis terhadap pencapaian visi pendidikan Kota Parepare, salah satu bentuk optimisme kita adalah action nyata terhadap keterlibatan guru dalam memikirkan permasalahan pendidikan di Parepare. Terima kasih.
Sebagai daerah yang salah satu visinya adalah pendidikan, tentu saja Parepare yang telah paham betul bahwa pendidikan merupakan anasir utama untuk memajukan kota ini, baik dari segi pisik maupun non pisiknya. Terbentuknya beberapa organisasi yang bergerak bagi kemajuan pendidikan Parepare yang selanjutnya menyatakan diri sebagai stake holdernya pendidikan di Parepare, sungguh sangat kita syukuri. Usaha-usaha yang dilakukan yang pada teorinya dimaksudkan untuk kemajuan pendidikan di kota ini tentu patus diacungi jempol. Namun, sangat mengherankan karena setelah sekian lama usaha untuk memajukan pendidikan di Parepare ini digembar-gemborkan, perubahan ke arah yang lebih baik sangat minim.
Mengapa hal itu dapat terjadi? Salah satu penyebabnya yang paling mendasar karena tidak dilibatkannya guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam penerapan suatu kebijakan pendidikan yang justru sangat menyentuh bidang profesi guru itu sendiri. Guru, hanya sebagai penonton belaka. Guru hanya diam, menanti kebijakan yang akan diterapkan kepadanya. Guru seolah-olah robot atau benda mati yang siap menerima apa saja. Bahkan terkadang anggapan orang-orang yang menyanjung dirinya sebagai stake holder pendidikan, bahwa mutu guru di Parepare sangat rendah dijadikan bahan sehingga keterlibatan guru dalam program peningkatan kualitas pendidikan dikebiri. Sebenarnya yang sungguh wajar disebut stake holder pendidikan itu pada hakekatnya adalah guru. Oleh karena itu tak diragukan lagi bahwa kecenderungan mentoknya usaha-usaha yang digerakkan tadi, disebabkan tidak terlibatnya guru dalam persiapan program tersebut.
Kalau ditanya, bahwa siapa yang paling tahu permasalahan pendidikan dimana saja, tak terkecuali di Parepare ini, jawabnya adalah guru. Guru tidak hanya meneropong dari atas, tidak hanya melakukan penelitian semu, dan tidak hanya asal ngomong, tetapi langsung berjibaku dengan pahit getirnya dunia pendidikan itu. Untuk itu, agar kondisi ini tidak berlarut-larut, dan mudah-mudahan tidak ada yang sengaja membuat kondisi ini menjadi “status quo”, maka solusinya adalah guru. Tanya dan libatkan guru dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan program yang berhubungan dengan pendidikan. Hakekat kita mengurusi pendidikan tak lain dan tak bukan adalah agar kualitas pendidikan kita meningkat dari segi keilmuan maupun etika. Jika berbicara masalah keilmuan dan etika, maka tak ada yang paling tahu, kecuali guru tentu saja sebatas bidang profesinya.
Apa yang diperlukan pendidikan di Parepare agar kualitas dapat ditingkatkan? Program apa yang baik untuk diterapkan? Bagaimana permasalahan di sekolah sebagai pengejawantahan pendidikan itu? Semua pertanyaan itu dan serupa dengan itu memerlukan keikutsertaan guru untuk mendalami jawabannya. Bukan juga salah satu alasannya karena guru mengetahui hal tersebut, tetapi yang terpenting adalah mau tidak mau, suka tidak suka, semua program yang dicanangkan demi peningkatan mutu pendidikan, pasti bersinggungan keras dengan guru.
Guru kita masih berkutat dengan masalah kurikulum, guru kita masih berkerut dengan hubungan social mereka terhadap atasannya (guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah), guru kita masih berdakdikduk dengan kesejahteraan mereka, guru kita masih bingung dengan kurangnya keterlibatan mereka dalam perencanaan program pendidikan, dan masih banyak yang lainnya masalah yang sungguh sangat membutuhkan keterlibatan “stake holder” tadi untuk mengatasinya. Secara logis bahwa sebenarnya cukup perhatian kita tertuju pada permasalahan itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Parepare.
Lebih jelasnya dapat kita menarik benang merah terhadap permasalahan ini sebagai berikut: Jika kita mampu untuk mengurangi sebagian perkutatan guru tadi, misalnya kita lebih menghargai pendapat guru terhadap permasalahan pendidikan itu, atau kita berusaha untuk membentuk hubungan harmonis di sekolah dan lainnya, maka dapat diyakini bahwa talenta dan kesungguhan mendidik dan mengajar guru akan meningkat. Peningkatan ini tentunya akan mendorong kualitas peserta didik yang menjadi tolok ukur nominal pencapaian hasil yang menunjukkan kualitas yang meningkat pula. Peningkatan kualitas akan mendatangkan kepercayaan dari masyarakat terhadap kesungguhan usaha kita untuk memajukan pendidikan di Parepare, karena kepercayaan muncul jika telah melihat hasil, sehingga kita tak perlu repot lagi mengadakan acara pengumpulan dana atau semacam gerakan-gerakan yang ujung-ujungnya hanya menjadi acara seremonial belaka. Kepercayaan masyarakat ini tentu saja akan disusul dengan apresiasi dan penghargaan terhadap usaha tersebut. Apresiasi dan penghargaan tadi tentu kembali kepada guru lagi. Lingkaran sebab akibat ini dapat dikatakan sebagai lingkaran malaikat (bukan lingkaran setan), karena dimulai dengan benar dan niat yang suci.
Jadi, apakah “stake holder” tadi masih diperlukan demi cita-cita kita untuk mewujudkan visi pendidikan Parepare tadi? Tentu! Bahkan kita masih perlu lebih banyak lagi yang memikirkan pendidikan itu. Hanya saja, kita tidak menginginkan mereka bagaikan berjalan di atas awan tanpa menginjakkan kakinya di tanah, padahal mereka harus memperbaiki yang ada di tanah tadi. Dengan kata lain mereka harus melibatkan pemain utama pendidikan itu, yakni guru. Jangan jadikan guru hanya sebagai penonton! Ikutkan mereka memikirkan tugas mereka. Jangan hanya mencap mutu guru rendah, selain itu belum pasti, kita juga belum berusaha untuk meningkatkannya.
Semoga tulisan ini dapat menjadi bagian dari kampanye peningkatan kualitas pendidikan di Parepare, karena keberhasilan kampanye tidak ditandai dengan hadirnya walikota atau pejabat, tetapi apakah kampanye itu menyentuh terhadap apa yang dikampanyekan. Akhirnya, kita harus selalu optimis terhadap pencapaian visi pendidikan Kota Parepare, salah satu bentuk optimisme kita adalah action nyata terhadap keterlibatan guru dalam memikirkan permasalahan pendidikan di Parepare. Terima kasih.
Oke Juga tuh, selamat.....