Hemat Listrik sebagai Budaya Bangsa

Minggu, 16 November 2008

Abstrak

Muh. Syukur Salman. 2008. ”Hemat Listrik sebagai Budaya Bangsa.” Karya Tulis Ilmiah Populer Hari Listrik Nasional Ke-63.

Manusia sebagai pengemban amanah Tuhan untuk pengelolaan alam ini tentu diharapkan untuk bersikap positif. Sikap positif ini dimaksudkan demi menunjang pengembangan manusia itu sendiri. Pengembangan diri manusia sangat memerlukan energi, baik dari dalam diri manusia itu sendiri maupun yang diperoleh dari alam, termasuk yang vital adalah energi listrik

Pemanfaatan energi listrik oleh manusia semakin hari akan semakin besar, sehingga tingkat ketergantungan manusia juga akan semakin besar. Listik sudah dikategorikan sebagai kebutuhan pokok manusia. Eksplorasi alam untuk meningkatkan kapasitas listrik terus dilakukan dengan membangun pembangkit-pembangkit listrik, padahal alam kita telah mengalami beberapa bagian kerusakan, sehingga pembangkit listrik yang memerlukan bahan bakar minyak dan batubara juga dibangun. Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola ketenagalistrikan di Indonesia tentu saja terbebani dengan biaya yang sangat besar dalam produksi listrik karena sangat tergantung kepada BBM yang akhir-akhir ini harganya melonjak drastis.

Kebutuhan listrik yang semakin besar jauh meninggalkan produksi listrik kita, padahal harga produksi semakin besar. PLN sebagai perusahaan negara dan bersifat regulated, tidak boleh menaikkan harga Tarif Dasar Listrik sesuai harga pasar. Negara harus memperhatikan kondisi masyarakat sehingga tetap harus memberi subsidi. Pemberian subsidi terhadap biaya produksi listrik demi menekan beban masyarakat ternyata semakin membebankan APBN. Triliunan rupiah tiap tahun harus dikeluarkan pemerintah, sehingga harus terus mencari solusi pemecahan permasalahannya.

Solusi yang dianggap sebagai jalan terbaik adalah menerapkan program hemat energi listrik. Sosialisasi terhadap program ini ternyata tidak segampang membalikkan telapak tangan, sehingga pihak PLN dalam masa transisi ini melakukan kebijakan pemadaman bergilir di beberapa daerah di Indonesia. Sebenarnya hemat energi justru menguntungkan masyarakat karena dapat mengurangi budget iuran listrik. Beberapa kiat dalam menyiasati pemanfaatan energi listrik yang hemat telah disosialisasikan, namun tentu saja tidak akan serta merta dapat secara nasional dapat diaplikasikan. Bentuk sosialisasi secara kontinyu sebenarnya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan prilaku hemat listrik dengan materi ajar di sekolah. Pemahaman akan pentingnya hemat listrik akan semakin tinggi dan dapat menjadi suatu budaya bangsa.



HEMAT LISTRIK SEBAGAI BUDAYA BANGSA

A. Energi sebagai Faktor Perkembangan Manusia
Keberadaan manusia di muka bumi ini telah ditakdirkan menjadi khalifah (pemimpin). “Khalifatu Fil Ardy” demikian kitab suci menunjukkan penguasaan manusia terhadap alam ini. Kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan adalah merupakan alasan kita sebagai manusia mendapat amanah dan tanggungjawab yang begitu berat. Oleh karena itu, suka atau tidak suka, sebagai manusia harus menerimanya sebagai suatu konsekuensi kesempurnaan kita. Hanya saja tentu penerimaan yang kita lakukan haruslah berdampak positif terhadap diri dan prilaku kita sebagai manusia. Sikap positif harus tumbuh dan berkembang pada jiwa dan raga ini dalam melapangkan dada menerima amanah tersebut. Penerimaan kita yang positif tentu akan berdampak positif pula pada diri kita, sebaliknya jika penerimaan kita negatif, maka akan berdampak negatif pula pada diri kita.
Prilaku mengembangkan diri harus menjadi kodrat pula pada diri manusia. Tanpa pengembangan diri yang dilakukan manusia tentu saja akan berdampak pada takdirnya sebagai khalifah. Untuk itu manusia yang tidak berusaha mengembangkan diri dan tidak termotivasi untuk selalu bersikap dinamis, maka dapat dikatakan telah menyalahi kodratnya. Pengembangan diri manusia haruslah ditunjang oleh beberapa unsur yang sebenarnya telah disediakan oleh Tuhan melalui penguasaan manusia terhadap alam. Energi termasuk penunjang yang sangat vital dalam mendukung pengembangan diri manusia tersebut. Energi yang berasal dari dalam diri manusia maupun dari luar diri manusia (alam) tidak dapat disangkal merupakan hal yang sangat urgen untuk pengembangan diri manusia.
Perkembangan kehidupan manusia dewasa ini telah meyakinkan kita terhadap pentingnya energi tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial haruslah mengusahakan energi dari alam tadi secara bersama-sama. Hal ini tak dapat dielakkan karena alam tidak hanya diperuntukkan untuk orang per orang manusia tetapi keseluruhan manusia. Berlanjut atau rusaknya alam akan mempengaruhi kehidupan manusia secara keseluruhan. Manusia dalam mengeksplorasi alam untuk mendapat energi untuk pengembangan kehidupannya haruslah dilandasi oleh sifat bijaksana dan seimbang, agar energi yang kita dapatkan juga akan berkelanjutan.
B. Hubungan Manusia dengan Energi Listrik
Salah satu bentuk energi yang sangat vital bagi perkembangan kehidupan manusia adalah energi listrik. Listrik, dari sejak dulu telah menjadi kebutuhan pokok manusia demi perkembangan kehidupannya. Hubungan listrik dengan otak manusia sebagai pusat pengendali perkembangan kehidupan manusia ternyata sangat relevan. Berdasarkan penelitian para ahli diketahui bahwa neuron otak manusia juga mempunyai aliran listrik sama dengan aliran listrik PLN. Jika aliran listrik PLN mempunyai frekuensi 50 Hz, maka sinyal listrik neuron otak manusia berfrekuensi di bawah 50 Hz. Hal inilah yang lebih meyakinkan kita bahwa manusia akan semakin membutuhkan listrik sebagai energi dalam mengembangkan hidup dan kehidupannya.
Manfaat listrik hampir tak terhingga lagi besarnya bagi hidup dan kehidupan manusia. Sekarang ini, tentu akan sangat terasa pengaruhnya jika listrik putus di rumah kita, di sekolah, di kantor, di rumah sakit, dan lain sebagainya. Hampir tak ada akktifitas saat ini yang tidak berhubungan dengan listrik. Hal inilah yang menjadi alasan jika listrik ditempatkan termasuk kebutuhan pokok manusia saat ini. Kondisi ini akan semakin terasa seiring semakin berkembangnya kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin modernnya kehidupan manusia, maka akan semakin banyak aktifitas dan kebutuhan manusia yang akan ”bersentuhan” langsung dengan listrik. Maka tepatlah jika perusahaan yang mengelola kelistrikan di negara kita mempunyai motto: Listrik untuk kehidupan yang lebih baik.
Kebutuhan terhadap energi listrik semakin besar, sehingga eksplorasi alam untuk pengadaannya semakin besar pula. Kompleksitas kehidupan manusia yang menuntut pemanfaatan alam yang kompleks pula telah menyulut prilaku-prilaku negatif oleh manusia dalam memanfaatkan alam tersebut. Pengrusakan alam dewasa ini semakin menjadi sehingga pengadaan energi termasuk listrik menjadi terganggu atau mengalami krisis. Hampir seluruh dunia saat ini mengalami krisis energi listrik. Indonesia adalah termasuk negara yang mengalami krisis listrik yang cukup parah.
Indonesia sebagai negara besar dan sedang berkembang harus mempunyai pembangkit-pembangkit listrik yang besar pula. Krisis listrik yang terjadi saat ini di Indonesia akan berlanjut dan semakin parah jika tidak disertai penyediaan energi listrik melalui pembangunan pembangkit-pembangkit yang berkapasitas besar. Jumlah penduduk yang mencapai 200 juta jiwa dan wilayah yang sangat luas tentu akan semakin memberikan alasan penyediaan kapasitas besar listrik adalah merupakan keniscayaan. Namun demikian, Indonesia juga merupakan bagian dari dunia ini, dunia yang telah mengalami kerusakan alam sebagai penyedia energi tadi. Kerusakan alam di Indonesia juga mempengaruhi penyediaan dan penambahan pembangkit-pembangkit listrik, sehingga diusahakan pembangkit listrik yang tidak secara langsung berhubungan dengan alam. Pemerintah kita telah berusaha meningkatkan kapasitas penyediaan listrik dan pembangunan pembangkit-pembangkit listrik termasuk pembangkit listrik yang memanfaatkan batubara dan minyak bumi.
C. Permasalahan Kelistrikan di Indonesia
Sebenarnya peningkatan kapasitas daya listrik di negeri ini tetap berjalan tahun demi tahun. Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui UU No. 15 tahun 1985 telah diberikan amanah dan kepercayaan oleh negara untuk mengemban tugas mengelola sektor ketenagalistrikan di Indonesia, telah melakukan tugasnya dengan baik. Cita-cita PLN 75-100 merupakan bukti keseriusan perusahaan negara ini dalam ketersediaan listrik di seluruh penjuru tanah air. Tahun 1945 awal berdirinya PLN hanya memproduksi listrik sebesar 177 megawatt (MW) dan hanya melayani sebagian kecil Pulau Jawa. Saat ini, PLN telah merambah disebagian besar wilayah Indonesia dengan melayani 50% penduduk Indonesia dengan produksi listrik sebesar 28.000 MW. Artinya PLN telah berhasil meningkatkan produksi listriknya dari awal berdirinya sampai sekarang sebesar lebih dari 258 kali lipat. Pencapaian ketersediaan listrik 100% di wilayah Indonesia pada saat peringatan 75 tahun Indonesia Merdeka bukanlah hal yang mudah, apalagi melihat kondisi akhir-akhir ini termasuk gejolak perekonomian global dunia. Namun demikian tentu saja cita-cita ini telah dipikirkan matang-matang oleh pihak PLN apalagi visi perusahaan ini adalah Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani, selain itu percepatan proyek 10.000 MW juga sebagai indikator baik. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa patut memberikan dukungan yang maksimal terhadap pencapaian visi tersebut karena menyangkut kejayaan bangsa ini dengan ketersediaan listrik diseluruh pelosok tanah air.
Meskipun peningkatan daya tetap berjalan tapi tidak sebanding dengan peningkatan kebutuhan akan listrik di negeri ini. Membumbungnya harga minyak saat ini sampai menyentuh level psikologis di atas 100 dollar US per barel tentu penyediaan pembangkit listrik yang tergantung pada ketersediaan BBM bukanlah hal yang bijaksana pula. Biaya produksi listrik akan semakin besar sehingga harga jual listrik tentu akan besar pula. PLN sebagai perusahaan negara tentu harus memperhatikan tingkat keterjangkauan masyarakat terhadap harga jual listrik, sehingga tidak serta merta PLN menaikkan harga jual listrik jika harga produksi meningkat. PLN merupakan satu-satunya BUMN yang regulated, artinya semua keputusan ada di tangan pemerintah, termasuk penentuan harga TDL (Tarif Dasar Listrik). Konsekuensinya adalah bahwa negara haruslah memberikan subsidi untuk ketersediaan listrik tersebut. Melambatnya tingkat perekonomian Indonesia akibat krisis ekonomi 1997 mengakibatkan permasalahan listrik tidak hanya sampai pada pengeluaran subsidi oleh negara. APBN menganggarkan begitu banyak bidang sehingga suntikan subsidi terhadap penyediaan listrik yang tahun demi tahun semakin besar akan memberatkan anggaran negara.
”Maju kena, mundur kena.” hampir demikianlah nasib PLN sebagai wakil negara di bidang kelistrikan dalam masalah ini. Kebutuhan listrik yang semakin besar dihadapkan pada penyediaan pembangkit listrik yang tersendat. Biaya produksi listrik yang semakin melonjak dihadapkan pada kemampuan masyarakat yang statis bahkan terkesan menurun, apalagi sesuai anggaran dasar perusahaan ini bahwa maksud dan tujuan PLN adalah menyediakan tenaga listrik untuk ”kepentingan umum”. Walau demikian, permasalahan pelik kelistrikan ini tentu tidak fair jika dibebankan tanggungjawab sepenuhnya kepada pemerintah dalam hal ini PLN, tetapi permasalahan listrik termasuk permasalahan bangsa, oleh karena itu bangsa secara keseluruhan harus berperan aktif dalam usaha solusi pemecahannya. Hemat Listrik adalah solusi mendesak yang dibutuhkan bangsa ini dalam menangani permasalahan krisis listrik saat ini.
D. Jadikan Hemat Listrik sebagai Budaya Bangsa
Hemat listrik tidak berarti harus mengurangi proses aktifitas pengembangan diri kita secara positif. Hemat listrik diartikan untuk mengurangi aktifitas yang kurang dan tidak perlu. Hemat listrik merupakan program yang membawa keuntungan pada kedua belah pihak yakni PLN (pemerintah) dan masyarakat. Pemerintah akan lebih ringan dalam memberikan subsidi kepada PLN untuk ketersediaan listrik karena masyarakat telah hemat atau membatasi penggunaan listriknya. Masyarakat jelas akan berkurang pembiayaannya terhadap pengadaan listrik yang dipakainya sendiri. Meskipun jelas manfaat terhadap prilaku hemat energi dan juga telah didukung langsung oleh presiden yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang hemat energi. Maskipun demikian, tentu saja pencapaian program ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Menghadapi penduduk dengan jumlah besar dan majemuk tentu membutuhkan sosialisasi yang maksimal. Penerimaan program hemat listrik yang lamban membawa konsekuensi yang negatif. Pemadaman bergilir adalah konsekuensi nyata yang hampir di seluruh Indonesia merasakannya. Pemadaman bergilir dilakukan oleh PLN karena beban puncak (pukul 18.00 – 22.00) tidak dapat terpenuhi oleh kapasitas produksi listrik pada suatu pembangkit, sehingga dibutuhkan pemadaman pada bagian tertentu suatu daerah agar listrik tetap dapat dinikmati oleh sebagian besar masyarakat lainnya di daerah tersebut.
Beberapa kiat dalam menyiasati pemanfaatan listrik sehingga program hemat listrik dapat kita lakukan, antara lain: Atur letak perabot agar tidak menghalangi cahaya lampu dalam ruangan, bersihkan sisi besi bagian bawah seterika secara teratur agar penghantaran panas berlangsung baik, menyeterika sekaligus banyak jangan hanya satu atau dua potong pakaian, bersihkan secara periodik kaca jendela karena kaca jendela yang bersih akan meneruskan cahaya lebih banyak, dan lain sebagainya seperti beberapa kiat yang telah diketahui secara luas oleh masyarakat.
Hemat listrik sebenarnya tidak harus menunggu kondisi seperti saat ini, yaitu kebutuhan akan energi listrik jauh lebih besar dari kapasitas daya listrik yang diproduksi. Hemat listrik harus disuarakan, disosialisasikan, dan dilaksanakan, meskipun nantinya negara kita telah memproduksi listrik yang mencukupi bagi kebutuhan yang ada. Jika pengetahuan tentang tanggap gempa akan dimasukkan sebagai bahan ajar di sekolah, maka pengetahuan tentang hemat listrik tak kalah pentingnya untuk dijadikan pula bahan ajar. Gematrik (Gernerasi Hemat Energi) adalah cikal bakal yang baik untuk terus maju sehingga dapat lebih menyatu dengan materi pelajaran di sekolah. Integrasi materi-materi kelistrikan dapat dilakukan pada mata pelajaran Sains, sedangkan integrasi materi-materi hemat listrik beserta kiat-kiatnya dapat dimasukkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan, maka trobosan gerakan seperti integrasi kemateri ajar ini, sebenarnya sangat urgen untuk diterapkan karena seperti yang telah dijelaskan bahwa kebutuhan akan energi listrik akan semakin besar, sehingga diperlukan pemahaman bangsa ini akan pentingnya hemat listrik semakin baik. Jika sejak dini anak bangsa ini tahu dan paham akan pentingnya hemat energi khususnya listrik karena telah diintegrasikan pada materi ajar di sekolah-sekolah, maka akan secara menyeluruh bangsa ini dapat memahami dan mengaplikasikan prilaku hemat listrik, dan tidak terlalu sulit lagi menjadikan prilaku hemat listrik sebagai budaya bangsa. Hemat listrik sebagai budaya bangsa akan semakin teraplikasikan seiring dengan semakin besarnya kebutuhan listrik oleh bangsa ini.
SEKIAN





DAFTAR PUSTAKA

Kuswardoyo, Agus. 2008. Pendidikan adalah Investasi Paling Berharga (Wawancara). Parepare: Tabloid Warta Ogie

Syam, Syahril. 2008. The Secret of Attractor Factor. Jakarta; Gramedia

Teropong. 2007. Efisiensi Energi, Suatu Keharusan. Jakarta: Fokus Media Komunikasi PLN

Widiono, Eddie. 2007. Jaga Komunikasi dengan Baik. Jakarta: Fokus Media Komunikasi PLN

www.plnbali.co.id/infolistrik_tips.asp. 2008. Kiat Menghemat Energi Listrik di Rumah Tangga: Akses: 20 Oktober 2008

www.pln.co.id. 2008. Sekilas PT PLN (Persero). Akses: 20 Oktober 2008

2 komentar:

  1. KOESWARDOYO AGE mengatakan...:

    Selamat atas on-line blognya Pak Syukur. MUdah2an banyak pengunjung sehingga bisa saling sharing, berekspresi, berdiskusi dengan topik2 yang hangat.
    Sudah saatnya dunia pendidikan menjadi isyu strategis yang dikemudian memunculkan kebijakan dan langkah nyata untuk membangun bangsa.
    Betapa bangganya kita bila bangsa Indonesia menjadi salah satu referensi pendidikan di dunia. seperti dulu ketika jaman kerajaan Sriwijaya.
    Selamat dan terus berkreatifitas.
    Salam sahabat dari jember.

  1. KOESWARDOYO AGE mengatakan...:

    Selamat atas on-line blognya Pak Syukur. MUdah2an banyak pengunjung sehingga bisa saling sharing, berekspresi, berdiskusi dengan topik2 yang hangat.
    Sudah saatnya dunia pendidikan menjadi isyu strategis yang dikemudian memunculkan kebijakan dan langkah nyata untuk membangun bangsa.
    Betapa bangganya kita bila bangsa Indonesia menjadi salah satu referensi pendidikan di dunia. seperti dulu ketika jaman kerajaan Sriwijaya.

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum