Jadilah Pahlawan

Sabtu, 09 November 2013

Saat ini, banyak di antara kita yang rela mengaku diri miskin hanya karena mengharap bantuan. Dengan berbekal keterangan dari kelurahan mereka (yang mengaku diri miskin) mereka turut serta antri pada deretan orang yang benar-benar miskin untuk menerima bantuan dari pemerintah. Mereka bukannya tidak sadar bahwa prilaku itu berdampak pada tersitanya hak orang-orang yang benar-benar miskin. Sama sekali tak ada rasa malu, bahkan dengan santainya mereka mengenakan segala assesoris yang menandai jati dirinya sebagai orang mampu. Ini adalah kondisi yang jamak terpantau dalam keseharian kita saat ini. Bukanlah sesuatu yang tabu mengaku miskin sekaligus merebut hak orang miskin demi tiga ratus ribu rupiah.


Kecenderungan mengharap belas kasih dan memosisikan diri sebagai seorang yang patut mendapat bantuan dari negara merupakan bentuk “kemunafikan” sebagai bagian dari bangsa ini. Di saat mereka menghirup udara negeri ini, tatkala mereka menginjakkan kaki di republik ini, meminum segarnya air, dan yang tak kalah nikmat adalah kemerdekaan yang diwariskan para pahlawan kepada kita semua: ternyata masih sempat mengiba dan mangais pada negeri ini yang bukan merupakan haknya. Mereka selalu meletakkan tangannya di bawah seraya memelas untuk terus menggerogoti negeri ini. Jika perlu, biarlah semua orang tidak mendapatkan, asalkan dia dapat, demikian pikiran sesatnya. Negeri ini harus selalu memberi kepadanya. Negeri ini harus selalu mencukupi kebutuhannya. Negeri ini harus mematuhi segala keinginannya. Mereka selalu bertanya tentang apa yang negeri ini telah berikan kepadaku, dan tak ada dalam kamusnya untuk menanyakan pada dirinya tentang apa yang telah diberikannya pada bangsa ini.


Kerakusan sebagian dari anak-anak bangsa ini, mulai dari level paling bawah sampai ketingkat tertinggi membuat hampanya kebanggaan sebagai bangsa yang besar. Nilai-nilai kejuangan yang telah dicontohkan dan dibuktikan oleh para pejuang bangsa seolah-olah hilang ditelan oleh hedonisme dan sikap konsumerisme bangsa ini. Nilai kepahlawan seolah hanya muncul saat bangsa ini secara langsung berhadapan dengan penjajah dari bangsa lain. Saat ini, sebagian kita merasa berposisi sebagai penikmat kemerdekaan belaka tanpa perlu mengisi kemerdekaan ini dengan aktifitas positif dan memunyai kebermanfaatan buat negeri kita. Pahlawan seolah muncul disaat negeri mengalami keterpurukan belaka. Padahal, jika kita mau jujur mengakui bahwa sudahkah pernah negeri ini menjadi makmur. Tidakkah keterpurukan moral bangsa ini semakin mencapai titik terendah? Bukankan itu sebagai pertanda negeri ini masih membutuhkan para pahlawan yang saat ini semakin sulit ditemukan.


Pahlawan tentu bukan hanya yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini saat melawan penjajah. Pahlawan adalah orang yang selalu berfikir dan berbuat untuk kepentingan orang banyak. Bukanlah seorang pahlawan yang hanya memikirkan kemaslahatan  diri sendiri, apalagi yang justru merebut hak-hak orang lain demi diri dan kelompoknya. Negeri ini tentu masih sangat membutuhkan pahlawan-pahlawan yang terus berani menegakkan kebenaran demi kejayaan bangsa. Apapun profesi kita, dimanapun kita berada, dalam kondisi apapun posisi kita, semuanya dapat diset sehingga jiwa pahlawan bersemayam pada diri kita. Tentu pada posisi-posisi tertentu aktifitas kepahlawan berbeda yang satu dengan yang lain. Namun, itu bukan berarti orang lain wajar menjadi pahlawan dan kita tidak bisa menjadi pahlawan pula. Jadilah pahlawan pada lingkup kemampuan kita. Sejatinya, semua kita bisa menjadi pahlawan, tinggal tekad dibulatkan. Hal ini penting, karena menjadi pahlawan berkonsekwensi banyak hal akan menjadi aral dan tentu bukan hal mudah untuk menyingkirkannya.



Kans untuk menjadi pahlawan terbuka lebar. Bukan untuk gagah-gagahan tetapi berbuatlah dengan ikhlas, itu yang utama. Jika kita sebagai guru, sejauh mana mendidik menjadi jiwa sehingga aka nada sikap prihatin seandainya siswa kita gagal dalam bersikap serta kurang dari sisi akademik. Sebagai dokter, sejauh mana nilai empati kita kepada pasien tanpa harus menerapkan tariff yang tinggi sehingga yang fakir tak mampu berobat. Untuk para pemimpin, apakah amanah telah dijalankan dengan baik serta tidak terkontaminasi dengan prilaku koruptif. Kesemua itu merupakan contoh, yang memang saat ini masih sulit untuk dilaksanakan. Namun, jika kita komitmen terhadap tekad mewarisi nilai-nilai kepahlawanan tentu tak ada yang mustahil. Jadilah kebanggaan disekeliling kita sehingga akan berkembang menjadi kebanggaan bangsa. Teruslah bertanya tentang apa yang telah kau berikan untuk bangsa ini. Selamat menjadi pahlawan, teruslah berbuat yang terbaik untuk negeri ini. SEKIAN.

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum