Setiap tanggal 10 di bulan November, bangsa Indonesia
memperingati hari pahlawan. Pertempuran di Surabaya pada tanggal yang sama di
tahun 1945 itu menjadi penentu penetapannya oleh pemerintah. Arti pahlawan
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah orang yang menonjol karena
keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah
berani. Jika ditilik dari peristiwa sehingga ditetapkannya hari pahlawan
tersebut, maka pengertian yang cocok adalah bahwa pahlawan adalah pejuang yang
gagah berani. Lalu, jika demikian masihkah ada pahlawan saat ini?
Hampir semua hari nasional yang diperingati, tetap
memunyai objek pelaku dari hari tersebut. Hari guru misalnya, tentu diperingati
dengan antusias oleh para guru. Hari ibu, oleh para ibu, hari santri yang baru
saja ditetapkan oleh pemerintah tentu disambut gembira oleh para santri.
Bagaimana dengan hari pahlawan? Mungkin saat ini masih ada para veteran yang
merasakan langsung perjuangan bangsa ini melawan penjajah dahulu, tetapi
bagaimana 10 tahun ke depan, saat tidak ada lagi para veteran kemerdekaan
tersebut.
Banyak yang berusaha menyetujui pengertian pahlawan
sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanan membela
kebenaran. Beberapa station TV pun menggelar perhelatan dalam mencari
pahlawan-pahlawan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Muncullah pahlawan
lingkungan, pahlawan demokrasi, pahlawan pembangunan, dan lain sebagainya. Ada
pula profesi yang sejak dulu digelari pahlawan tanpa tanda jasa, yakni guru.
Dulu, disaat guru masih memeroleh gaji pas-pasan, kendaraan yang dipakainya
hanya sepeda dengan jarak yang harus ditempuhnya cukup jauh, di sekolah menulis
di papan tulis memakai kapur, tapi semangat tetap tinggi, dan menjadi teladan
siswanya dan masyarakat. Indikator tersebut yang penuh dengan penderitaan,sepertinya
pas mendapat julukan pahlawan tanpa tanda jasa tadi. Tapi, bagaimana dengan
sekarang? Disaat gaji sudah lumayan tinggi, kendaraan roda empat, spidol dan In
Focus di kelas, tapi semangat sebagian dari guru rendah, dan sebagian tak lagi
menjadi teladan. Apakah masih layak mendapat predikat pahlawan tanpa tanda jasa
dengan indikator yang tak lagi ada penderitaan?
Sejatinya, pahlawan harus selalu ada. Sejatinya semua
kita harus menjadi pahlawan. Bukan pahlawan hasil pilihan dan polling pemirsa
TV, bukan pula pahlawan hasil pencalonan seseorang, tetapi pahlawan yang selalu
rela berkorban demi kebenaran meski tanpa diketahui orang lain atau tanpa
liputan media. Apapun dan siapapun kita, harus mengedepankan kebenaran, bahkan
memperjuangkannya. Berat memang, namun itulah tantangan menjadi seorang
pahlawan. Seperti halnya para pahlawan kemerdekaan kita, tentu tak ada niat
sedikitpun menginginkan gelar pahlawan disematkan pada mereka. Niatnya cuma
satu, merdeka atau mati. Bahkan, tentu jauh lebih banyak lagi pahlawan tak
dikenal yang rela mati demi kemerdekaan dibandingkan yang kita ketahui namanya
saat ini.
Hari pahlawan tetap harus diperingati bangsa ini,
meskipun tak ada lagi para pejuang kemerdekaan kita yang hidup. Peringatan tak
sekadar seremonial upacara belaka, tetapi harus menjadi cemeti buat kita yang
masih unjuk kebolehan dalam kepongahan dan pencitraan. Jadilah pahlawan pada
setiap profesi yang kita geluti. Sebagai pemimpin harus menjadi teladan,
membantu yang lemah dan tertindas, serta tidak angkuh. Guru harus bisa digugu
dan ditiru serta tetap istiqamah dan ikhlash dalam menjalankan tugas. Profesi
yang lainnya tentu memunyai kriteria atau indikator sehingga dan menjadi berkinerja
baik. Momentum hari pahlawan ini tentu menjadi peneguh kepada kita semua untuk
terus berbuat yang baik terutama dalam membela kebenaran meskipun pahit.
Selamat Hari Pahlawan kepada semua pahlawan yang dikenal maupun tidak, yang
telah tiada maupun yang masih hidup, yang pahlawan pejuang maupun pahlawan
kebenaran. SEKIAN.
0 komentar:
Posting Komentar