BERJUANG INTELEK

Jumat, 16 Mei 2008


Pendidikan lahir bersamaan dengan mulainya kehidupan manusia. Jika kita mengidentikkan pendidikan adalah proses belajar, maka sejak Nabi Adam, pendidikan telah dimulai. Kita ketahui, bagaimana Allah memberi pelajaran kepada Adam agar dia (Adam) tahu nama-nama benda. Mengapa Adam harus belajar? Jawabnya adalah agar dia tidak ketinggalan, tidak bodoh, dan tidak dilecehkan oleh makhluk lain ciptaan Allah SWT. Walaupun diriwayatkan pula bahwa beberapa malaikat “memprotes” Tuhan menciptakan manusia karena dikhawatirkan akan berbuat sewenang-wenang di muka bumi ini, namun Allah adalah mengetahui segalanya termasuk yang tidak diketahui oleh malaikat.
Manusia tercipta dengan penciptaan yang lebih sempurnah dibanding seluruh ciptaan Allah lainnya. Maka, tak lucu jika manusia dengan penciptaan paling sempurnah itu, menjadi makhluk yang monoton. Malaikat contohnya, dia beraktifitas berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya dan “sedihnya lagi” aktifitas malaikat cuma satu. Jibril, aktifitasnya hanya menurunkan wahyu, Rakib hanya mencatat kebajikan, dan lainnya. Begitu pula hewan, sebagai makhluk ciptaan Allah, dia tidak dibekali akal fikiran. Akhirnya hewan, walau banyak aktifitasnya, tidak membuatnya lebih maju dan berkembang dari sejak diciptakannya sampai sekarang.
Manusia memang diciptakan Allah untuk menjadi makhluk pendidikan. Bisa dikatakan bahwa manusia salah satu cirinya adalah pendidikan yang melekat pada dirinya. Oleh karena itu, tanpa pendidikan, manusia tak lengkap kemanusiaannya. Manusia harus berpendidikan, itu konklusinya. Hal ini dimaksudkan agar manusia tidak beraktifitas monoton seperti malaikat dan tidak juga banyak aktifitas, namun tidak mengarah kepada perkembangan, seperti kehidupan hewan. Manusia dibebaskan untuk melakukan apa saja yang dia bisa lakukan, pendidikanlah yang menunjukkan kepada manusia baik buruknya, positif negatifnya suatu aktifitas tersebut. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga Allah meninggikan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat dibanding yang tidak. Siapa lagi yang meninggikan derajat yang lebih agung dari Allah.
Indonesia adalah negara yang pernah dijajah 350 tahun lamanya. Lama nian bangsa ini mengalami penjajahan, sehingga masa itu kita menganggap bangsa ini memang diciptakan Tuhan untuk dijadikan objek jajahan negara lainnya. Sebagian besar anak bangsa ini, mimpi pun untuk merdeka tidak pernah. Mengapa kita dijajah? Karena kita bodoh. Kita bahkan tidak tahu terhadap yang menyebabkan kita bodoh. Kita hidup dalam kebodohan, dan dengan kebodohan itulah kita dijajah sekian lamanya.
Bangsa ini betul-betul telah merasakan sakitnya jika menyepelekan pendidikan. Pengalaman yang sekian lama, tentu telah meyakinkan kita bahwa untuk memajukan bangsa ini, prioritas utama kita adalah pendidikan. Sejarah juga telah mendukung pernyataan tersebut. Ingat, awal munculnya kebangkitan nasional kita. Beberapa pemuda dari golongan priyayi (bangsawan) telah mengecap yang dinamakan sekolah. Dr. Cipto, Dr. Sutomo, dan Dr. Wahidin, serta yang lainnya telah mahfum bahwa bangsa ini punya hak untuk merdeka. Dengan pendidikan, mereka paham bahwa semua bangsa awalnya berstatus merdeka, sehingga kewajiban kita untuk mengembalikannya.
Kebangkitan Nasional yang digerakkan oleh pemuda telah menjadi bagian sejarah yang tak terlupakan. Awal bergesernya taktik perjuangan bangsa ini, dari bentuk kedaerahan ke bentuk persatuan dan kesatuan. Pionir dari keyakinan bahwa Bangsa Indonesia akan merdeka adalah para pemuda yang berpendidikan. Para pemuda saat itu betul-betul sadar bahwa mereka telah mempunyai kekuatan pisik tapi mereka juga paham bahwa dari sejak dulu bangsa ini melawan penjajah dengan pisik saja, namun tidak membuahkan hasil kemerdekaan. Oleh karena itu mereka perlu kekuatan tambahan, yakni pendidikan. Dari semenjak awal bercokolnya penjajah di bumi Nusantara ini, mereka telah menafikan pendidikan bagi rakyat pribumi. Pribumi tidak boleh pintar, walau hanya sedikit. Pribumi harus selalu bodoh, sehingga selalu mudah untuk dijajah.
Penggalangan kekuatan oleh para pemuda yang telah mengecap pendidikan terus dilakukan untuk melawan keangkuhan penjajah. Bergemanya Sumpah Pemuda merupakan bukti bahwa perjuangan pemuda terus berlanjut dan semakin menggigit. Sikap tegas juga telah matang untuk dinilai dari pemuda dengan kalimat Sumpah Pemudanya. Keengganan untuk selalu di bawah kedsaliman penjajah telah membaja pada sendi-sendi tubuh para pemuda kita yang terus berjuang untuk memerdekaan. Dan perjuangan bangsa ini yang dipelopori oleh pemuda mencapai puncaknya dengan dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sejarah bangsa ini terus akan menjadi pelajaran untuk melangkah ke depan, sehingga kita sebagai bangsa perlu mempunyai komitmen yang tepat, akan dikemanakan bangsa yang besar ini. Pemuda akan selalu menjadi penerus bangsa ini. Itu tak bisa disangkal. Baik buruknya pemuda saat ini akan berimbas kepada nasib bangsa kita nanti. Oleh karena itu, kita membutuhkan pemuda yang mempunyai potensi positif. Bukan pemuda yang hanya mengandalkan kekuatan pisiknya saja. Pemuda kita harus menjadi pemuda yang berpendidikan. Istilah kerennya pemuda intelek. Menyadari pentingnya pendidikan, maka semetinya jika pendidikan jangan hanya dijadikan sebagai bidang pelengkap pembangunan bangsa ini, karena seluruh bidang akan berkembang jika dasar dari semua bidang itu maju, yakni pendidikan. Tentu saja yang kita harapkan adalah pendidikan yang berkualitas. Memang tidak mudah untuk merealisasikan pendidikan berkualitas di negeri yang serba kekurangan ini, namun hal itu bukanlah suatu yang mustahil.
Berpangku tangan, apatis, menunggu mukjizat, dan saling menyalahkan adalah tindakan yang pasti tidak menyelesaikan masalah. Bangsa ini harus bersatu padu untuk memajukan pemuda sehingga menjadi berkualitas, karena pemuda berkualitas adalah harapan kita bersama. Masalah kepemudaan yang sering kita dengar, lihat dan rasakan jangan dijadikan problem politik yang justru menjadi kontra produktif. Okelah jika kita pemuda yang justru terlihat membebani bangsa ini, namun harus dengan logis dan mempunyai solusi pemecahan. Jangan sampai terjadi, kesalahan selalu ditimpakan kepada para pemuda yang “membuat onar”. Baik buruk pemuda adalah hasil didikan bangsa ini secara global dan hasil binaan para orangtua secara individu.
Kita mempunyai bangsa yang besar, Indonesia. Kita pun mempunyai pengalaman pahit yang sangat lama, dilecehkan oleh bangsa lain. Akankah kita kembali menjadi bangsa yang selalu dilihat sebelah mata oleh bangsa lainnya? Kemana jati diri kita sebagai bangsa pejuang? Jika Tuhan memberi kesempatan kepada para pahlawan kita yang telah gugur demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, untuk kembali melihat negeri yang telah diperjuangkannya, maka apa yang dikatakannya? Mungkin para pahlawan itu tak lagi dapat berkata-kata, karena suaranya tertahan oleh isak tangisnya. Tentu hal itu tidak kita inginkan bersama. Agar para pahlawan kita tidak menangis, maka kita harus mengembalikan jati diri bangsa ini dengan memajukan pemuda yang berkualitas.
Memajukan pemuda adalah sesuatu yang sangat urgen dan tak dapat ditunda lagi. Kalau bukan sekarang kapan lagi, dan kalau bukan kita siapa lagi. Demikian kalimat bijak yang biasa diungkap orang. Bangsa ini harus menjadi bangsa yang mempunyai pemuda yang berpotensi sehingga tidak akan terlalu sulit untuk mengembangkan potensi pemuda tersebut. Jika kita betul-betul meresapi sejarah perjuangan bangsa ini, maka kita akan menemukan bahwa pemuda pejuang adalah jati diri bangsa kita. Sudah lama jati diri bangsa ini lenyap ditelan besarnya gelombang “keakuan” suku, golongan, dan kelompok yang melemahkan bangsa ini secara langsung. Jati diri tak akan kembali dengan sendirinya jika tidak diusahakan dengan pemahaman diri tiap anak bangsa atau sebagian besarnya. Pemahaman diri tersebut akan datang kepada orang-orang yang melalui proses belajar atau mempunyai pendidikan. Semakin maju pendidikannya maka semakin tinggi pula pemahaman dirinya. Bangsa yang memiliki anak-anak bangsa yang memahami dirinya akan mudah mengembalikan jati diri bangsa. Bangsa Indonesia akan mempunyai calon-calon pemimpin (para pemuda) yang akan mampu menyongsong masa depan yang lebih cerah jika prioritas untuk memajukan pendidikan terlaksana dengan baik.
Kita sudah lama memiliki pemuda pejuang. Selain itu, sebenarnya jati diri bangsa ini juga sebagai bangsa berpendidikan. Semangat perjuangan yang didukung oleh pendidikanlah yang membuahkan hasil kemerdekaan. Masa sekarang, jati diri bangsa itu makin dibutuhkan untuk membuktikan kedaulatan dan besarnya Indonesia ini di mata dunia. Kita tak mau selalu mendapat “hinaan” dari bangsa lain. Tamparan TKI telah kita terima, tamparan perbatasan pun telah kita rasakan. Akankah tamparan-tamparan berikutnya datang, sehingga pipi bangsa ini lebam memerah? Kita harus bangkit, itu adalah harga mati suatu semangat anak bangsa ini. Jangan biarkan bangsa ini terus terpuruk karena kesalahan kita sendiri. Mari, kembalikan jati diri bangsa ini. Jati diri yang tiada duanya. Perpaduan antara jiwa dan raga. Perpaduan antara kekuatan fisik dan kekuatan intelektual. Semangat perjuangan untuk mengembalikan citra bangsa ini haruslah secara intelek. Tidak asal-asalan. Kita tidak hanya membutuhkan semangat, tapi juga ilmu.
Negeri ini harus sejak sekarang memikirkan pemimpinnya. Pemimpin yang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa. Pemimpin yang merasa bersalah jika bangsa ini terus terpuruk. Pemimpin yang mendudukkan rakyat di atas segalanya. Dan, pemimpin yang kita harapkan itu akan datang dari pemuda. Jika pada masa perjuangan, pemuda menjadi pionir dalam melawan penjajah, maka pada masa sekarang ini, pemuda juga semestinya menjadi ujung tombaknya. Kita tidak mau pemuda kita menjadi orang yang “melempem” karena didikan bangsa ini. Bangsa ini wajib mendudukkan pemuda sebagai penerus bangsa. Sebagai penerus bangsa, wajib untuk dipersiapkan sebaik-baiknya sehingga jiwa cinta tanah air tertanam sebelum mengambil alih estafet kepemimpinan bangsa ini.
Kegagalan kepemimpin yang akan datang adalah juga tanggungjawab bangsa saat ini. Jangan biarkan pemuda (calon pemimpin) merasa tidak diperhatikan. Kita harus yakin bahwa pemuda kita mampu. Mampu untuk berbuat yang lebih baik, sehingga tujuan kita membentuk pemuda selalu pada keyakinan itu. Kegagalan di tengah jalan dalam pembentukan tersebut adalah sesuatu yang wajar, jangan sampai dijadikan persepsi bahwa pemuda kita tak akan pernah mampu. Namun, secara umum penggodokan pemuda kita saat telah dapat dikatakan lebih maju. Keberadaan kementrian yang mengurus pemuda adalah sesuatu yang sangat tepat. Calon pemimpin bangsa ini memang harus diurus oleh satu kementrian, mengingat pentingnya mempersiapkan pemimpin yang diharapkan ke depan.
Pada hakekatnya jiwa pemuda mestinya menjadi jiwa kepemimpinan bangsa ini. Jiwa yang kuat dan selalu ingin maju lebih dari yang lain. Sehingga secara alami pemuda memiliki jiwa yang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Tinggal kita mengasahnya agar jiwa tersebut mengarah kepada hal yang positif dan normatif. Jika kepemimpin bangsa ini telah mampu untuk merangkum jiwa pemuda tadi, yakni pisik kuat, intelek, dan selalu ingin maju, maka rasanya bangsa ini bisa tidur nyenyak karena telah menemukan pemimpin yang akan membawa bangsa ini lebih baik. Semoga.

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum