Grup Teater di Sekolah, Mungkinkah?

Senin, 09 Maret 2009


Hampir sangat jarang kita tahu ada sekolah yang mempunyai grup teater. Bahkan di beberapa daerah sama sekali tidak ada satu pun sekolah yang mempunyai grup teater. Jika ada, mungkin hanya insidentil saja sifatnya, dalam arti terbentuk karena akan ada pagelaran atau pertunjukan, baik itu pada momen memperingati hari besar maupun momen lomba. Grup teater, khususnya di sekolah-sekolah atau di daerah-daerah jarang sekali yang eksis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, namun tentu saja yang paling utama adalah manusianya.

Semangat yang besar untuk membentuk grup teater tentu saja sangat dibutuhkan, tetapi akan sia-sia semangat yang menyala-nyala tanpa didasari oleh pengetahuan yang cukup tentang teater. Pementasan suatu grup teater tidak dapat dilakukan secara instant atau dengan cepat. Agar pementasan dapat disajikan dengan kualitas yang diharapkan, paling tidak “lumayan” memerlukan proses yang cukup panjang. Hal ini juga terungkap dalam penyajian materi yang berhubungan dengan teater oleh Iman Saleh, salah seorang koreografer teater handal negeri ini, bahwa: teater harus memberikan martabat pada proses.

Jika grup teater akan dibentuk pada sebuah sekolah haruslah dengan perencanaan yang matang, sehingga tidak hanya mementingkan visi hasil tetapi yang utama adalah proses. Grup teater di sekolah sangat baik masa depannya jika di kelola dengan pengelolaan yang maksimal, karena di sekolah kader aktor teater sangat banyak. Siswa yang tamat akan tergantikan oleh siswa di tingkatan berikut yang telah melalui proses penggodokan di arena teater tersebut. Oleh karena itu, akan sangat luar biasa jika masing-masing sekolah dapat mengusahakan pembentukan grup teater. Tingkat satuan pendidikan tidak terlalu menjadi kendala dalam membentuk grup teater. Hanya saja, memang siswa SMA lebih mudah diarahkan ke teater dibanding siswa SMP, apalagi SD. Walau demikian, bukanlah sesuatu yang mustahil, grup teater terbentuk pula di tingkat SMP atau SD, bahkan TK sekalipun. Hal yang terpenting diingat adalah pemahaman atas pengelolaan teater yang sangat menghargai proses.

Siswa yang ditempa di teater dan menjadi aktor teater akan lebih memiliki kemudahan dalam penghayatan, baik itu teater sendiri, drama, bercerita, atau puisi. Selain itu, siswa akan lebih mudah bersosialisasi kepada temannya, masyarakat, atau orang asing sekali pun. Ini tentu saja akan sangat membantu dalam mengarahkan siswa tersebut dalam konsep-konsep lainnya, termasuk mata pelajaran di sekolah. Ini menunjukkan bahwa proses teater tidak akan menghalangi atau mengganggu proses transformasi pengetahuan lainnya kepada siswa. Hal ini perlu untuk ditekankan agar tidak ada lagi yang beranggapan seni peran atau teater akan banyak menyita waktu, sehingga siswa tak cukup punya kesempatan untuk belajar.

Proses teater sampai pada kesiapan mengadakan pertunjukan adalah merupakan suatu aktifitas yang tidak monoton untuk pertunjukan belaka, namun terimbas pada semangat, sikap, dan daya nalar si pemain teater. Olah vokal, power atau kekuatan, kelenturan, dan penghayatan yang maksimal akan mengarahkan mereka di teater lebih fresh dan tidak kikuk untuk menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan dirinya. Kepercayaan diri semakin terlatih dengan baik dalam teater. Jika siswa sebagai pemain atau aktor teater, maka dapat kita bayangkan kreatifitas dan kemampuan yang dapat terjelma pada dirinya. Sekali lagi, yang paling penting adalah proses.

Parepare dengan semilir angin
Laut penuh burung camar
Grup teater terbentuk mungkin
Jika ada semangat besar
(MS2-050309-MMAS)

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum