Keberhasilan Parepare memperoleh MURI (Museum Rekor Indonesia) beberapa waktu yang lalu, pada kegiatan membaca puisi koran dengan jumlah peserta terbanyak, sungguh sangat membanggakan kita semua, masyarakat Parepare. Beberapa kegiatan lain pun telah diusahakan untuk memperoleh MURI, namun karena persyaratan tidak dipenuhi akhirnya gagal. Namun, kita telah berusaha semaksimal mungkin dan hal tersebut merupakan nilai tambah tersendiri yakni bahwa kita telah berbuat, kita tidak tinggal diam. Kita menginginkan di Parepare kembali mendapat MURI sehingga nama Parepare bisa kembali cemerlang seantero nusantara ini.
MURI yang kita peroleh dan beberapa yang gagal adalah suatu bentuk usaha yang dengan sengaja dilakukan dan membutuhkan persiapan, biaya dan tenaga yang matang. Beberapa bulan dipersiapkan, membutuhkan biaya pendanaan yang tentu saja banyak, serta peserta atau tenaga yang dibutuhkan tentu saja banyak karena inti penilaian selama ini segi jumlah atau kuantitas peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Jika pijakan kita untuk memperoleh MURI masih konvensional yakni segi jumlah peserta, maka memang agak sulit menciptakan rekor kembali dan terkesan “kurang bermutu” meskipun tentu saja kreativitas pencapaian cukup membanggakan kita masyarakat Parepare.
Pada minggu terakhir ini, ada suatu hal yang mungkin dapat kita usulkan mendapatkan rekor MURI kembali. Tidak butuh persiapan karena telah terjadi, biaya pun tak dibutuhkan lagi, dan tenaga atau jumlah peserta tak perlu lagi. Segi kreavitas dalam pengajuannya pun cukup unik dan mungkin bukan untuk mendapatkan tapi menciptakan MURI karena baru pertama diusulkan jika memang kita sepakati untuk mengusulkannya.
Apa yang sebenarnya perihal yang dapat kita usulkan menciptakan rekor MURI itu? Beberapa hari yang lalu wacana suksesi atau PIlkada di Parepare ini telah berhembus. Wacana ini terus saja bergulir dan telah menghangat. Pengguliran wacana suksesi di Parepare ini, marak dengan cepat bahkan sebelum genap satu tahun pemerintahan baru di Parepare dilantik. Ini adalah suatu hal yang luar biasa, sehingga sangat mungkin diusulkan menciptakan rekor MURI. Rekor MURI yang diharapkan dapat kita raih adalah sebagai kota atau daerah yang paling cepat mewacanakan suksesi kepala daerah atau PILKADA.
Jika kita sepakat untuk mengusulkannya ke MURI maka Parepare harus siap menerima konsekuensi positif maupun konsekuensi “negative”. Konsekuensi positifnya tentu saja akan membuat kita tersenyum gembira, tetapi konsekuensi negative mungkin saja membuat kita geleng-geleng kepala atau mungkin menggerutu. Positifnya bahwa Parepare telah menambah khazanah perbendaharaan rekor MURI yang diperolehnya. Negatifnya bahwa inti pencapaian rekor tersebut yakni “kegilaan atas kekuasaan” akan membuat kita mengernyitkan kening. Tidak sampai setahun pemerintahan daerah yang baru terbentuk, kita sudah bicara tentang PILKADA kembali. Pemilihan Kepala Daerah pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan daerah tersebut. Tapi benarkah hal itu dapat terealisasi, jika belum cukup setahun pemerintahan kita kembali berhiruk pikuk tentang PILKADA?
Kekuasaan sungguh menggiurkan, apalagi yang kita lihat pada semua fasilitas yang akan diperoleh jika kekuasaan itu dapat kita duduki. Segala kenyamanan dapat membuat kita lupa akan tujuan utama yakni mensejahterakan masyarakat. Belum lagi kehormatan dan pujian akan mengalir pada seseorang yang diberi amanah kekuasaan tersebut. Penghormatan dan pujian yang kadang semu dan menganut system ABS (Asal Bapak Senang) belaka. Semoga wacana yang dilontarkan oleh beberapa kalangan penting di kota ini tentang suksesi yang sangat “kepagian” sehingga dapat diusulkan mendapat MURI, bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat tadi. Tapi meski demikian, image masyarakat kepada kalangan yang mengkoarkan Pilkada saat ini di Parepare, merupakan bentuk “kegilaan” atas kekuasaan belaka. Oleh karena itu, akan lebih bijak dan elegan jika orang-orang yang berniat maju ke ajang Pilkada, menfokuskankan diri membantu dalam hal membangun daerah dan mensejahterakan masyarakat kita terlebih dahulu.
Tapi, tentu kita akan boleh juga berterima kasih kepada mereka yang melakukan gerakan “pagi” untuk Pilkada tersebut, jika seandainya MURI bersedia mencatatkan peristiwa tersebut dalam buku rekornya, sehingga Parepare tercatat sebagai daerah yang paling cepat mewacanakan Pilkada, yakni belum setahun setelah Pilkada terakhir berlalu. Semoga… Yah Semoga TIDAK. Sekian.
Rekor Muri untuk Parepare
Muh. Syukur Salman
Jumat, 06 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Akses internet yang cepat adalah dambaan semua orang yang aktif memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung aktifitasnya. Tak terkecuali...
-
Secara formal memang tidak dikenal istilah sekolah favorit di Negeri ini. Namun, hampir di setiap daerah, sekolah favorit tetap ada dan sema...
-
Banyak pihak yang akhir-akhir ini meragukan efektifikasi program sertifikasi guru dapat meningkatkan professionalisme pahlawan tanpa tanda j...
-
Kata Baskom, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “tempat air untuk cuci tangan atau muka”. Namun, pada umumnya ibu r...
-
Malam semakin larut, namun mata Rina belum dapat dipejamkan. Degupan jantungnya semakin kencang saja. Mukena yang dipakainya Shalat Isya bel...
Kata Bijak
Apapun harapan dan cita-citamu, semua tergantung kepadamu. Meski bantuan dari oranglain akan sangat bermanfaat, namun sangat kecil bagian dari pencapaian yang kau raih. Usahamu adalah jalanmu untuk menjadi yang kau inginkan. Oleh karena itu, apapun yang telah kau raih dan dapatkan adalah karena dirimu. Senang atau tidak senang terhadap keadaanmu sekarang adalah akibat dari dirimu sendiri. Jadilah dirimu sendiri adalah jalan yang terbaik dan terindah dalam arung kehidupan ini. MS2
Mengenai Saya

- Muh. Syukur Salman
- Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia
- Lahir di Parepare, 35 tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Agustus 1973. Menyelesaikan pendidikan tertingginya di Universitas Negeri Makassar tahun 2004 pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Profesi keseharian adalah Kepala SD Negeri 71 Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Kegemaran dibidang tulis menulis juga membuatku telah menerbitkan 3 buku cerita anak, 1 buku kumpulan ESAI/OPINI pendidikan, dan 1 buku kumpulan cerpen remaja Islam. Mempunyai dua anak berumur 4 tahun yang laki-laki bernama Muh. Uswah Syukur dan berumur 2 tahun yang perempuan bernama Sitti Hasanah Syukur,serta seorang istri cantik bernama Mukrimah.
0 komentar:
Posting Komentar