MANAJEMEN ANCAMAN

Senin, 11 Oktober 2010


Tuntutan peningkatan kinerja sudah merupakan sesuatu yang harus ada dan harus diusahakan agar terlaksana. Hal ini demi mengimbangi kemajuan dan perkembangan zaman di segala bidang. Kata orang, siapa yang santai akan ketinggalan kereta. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, tuntutan “agresifitas” peningkatan kinerja harus diamini dan direalisasikan. Seorang pegawai atau karyawan atau pekerja lainnya yang menekuni bidang kerjanya dengan “biasa-biasa saja” pada zaman ini, tak mungkin berhasil atau meningkat karirnya. Apalagi, ke depan nanti, cara-cara tidak fair dalam menduduki suatu jabatan akan semakin terkikis dan didominasi oleh penilaian kinerja.

Tentu harapannya adalah bahwa keinginan untuk meningkatkan kinerja tersebut tidak sekedar “lipstick” belaka. Hanya terdengar pada kegiatan penataran, diklat, symposium dan seminar, bukan untuk dilaksanakan tetapi hanya terbatas untuk diketahui. Ada pula yang berusaha menerapkannya hanya pada waktu-waktu tertentu saja dan dengan teknik yang juga kurang benar. Lebih khusus lagi jika peningkatan kinerja dilihat hanya pada kedisiplinan, itupun pada bagian kehadiran atau absensi, dan lebih kecil pada absensi hari pertama kerja setelah cuti bersama setelah lebaran.

Bukanlah sesuatu yang salah, tetapi sangat disayangkan jika peningkatan kinerja yang ada pada lingkup pemahaman sampai saat ini terbatas pada hal tersebut. Lebih ironis lagi jika member kesan sangat berpihak pada kedisiplinan dengan mengumbar “ancaman”. Pegawai yang tak masuk hari pertama akan diberikan sanksi. Demikian salah satu kalimat ancaman yang diumbar, demi peningkatan kedisiplinan selanjutnya diharapakan peningkatan kinerja secara keseluruhan. Kebiasaan mengancam atau menakut-nakuti dan semacamnya memang merupakan bentuk teknik peningkatan kinerja yang biasa dilakukan. Namun, tentu saja hal semacam itu sudah tidak populer pada zaman sekarang.

Manajemen Ancaman, bagaikan kenikmatan sesaat mengkonsumsi mie instan tetapi akan berdampak buruk pada jangka panjangnya. Ketakutan tidak hadir pada hari pertama kerja akan merasuki pegawai atau karyawan. Segala usaha pun dilakukan untuk tidak absen pada hari pertama tersebut, meski hari-hari berikutnya lain urusan. Manajemen Ancaman yang diterapkan dapat dipastikan berhasil, tetapi cuma sehari, hari pertama kerja saja. Pejabat yang menerapkan manajemen ancaman pun dengan bangganya melontarkan keberhasilannya. Demi memperlihatkan keseriusan penigkatan disiplin dengan manajemen ancaman tersebut, maka data pegawai dan karyawan mangkir pun dikumpulkan selanjutnya diberikan tindakan. Menyebarlah virus ketakutan akan penerapan manajemen ancaman. Kinerja hanya dinilai dari kemampuan berkelit atau menghindar dari ancaman.

Manajemen ancaman akan melahirkan ketakutan, kekakuan, dan kekerdilan kinerja. Manajemen ancaman akan menghilangkan enjoynitas bekerja, kreatifitas, dan prestasi. Manajemen ancaman adalah turunan dari kepemimpinan otoriter dan jauh dari semangat demokrasi. Kecenderungan menerapkan manajemen ancaman merupakan indikasi kepemimpinan yang frustrasi dan semakin hilangnya kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya. Melanggengkan manajemen ancaman dalam suatu system keorganisasian akan berdampak pada munculnya organisasi-organisasi stempel atau papan nama belaka. Semangat menghidupkan organisasi akan hilang dan tergantikan dengan “motivasi” keterpaksaan yang semakin besar.

Suatu sistem atau organisasi, baik besar maupun kecil akan lebih matang dan kuat jika ditumbuhkan dengan manajemen non ancaman. Bisa diistilahkan manajemen kreatifitas, manajemen demokrasi, manajemen inovasi, manajemen kepercayaan, atau lain sebagainya. Tentu tidak instan hasil yang diperoleh seperti pada manajemen ancaman, akan tetapi hasilnya akan bertahan lama dan penuh dengan kejujuran dalam beraktifitas dan bekerja. Keteladanan tentu merupakan modal utama dalam menjalankan manajemen ini. Kepemimpinan yang jujur, amanah, dan kreatif sangat memungkinkan menghasilkan pegawai atau karyawan yang bekerja dengan tulus tanpa harus mengumbar ancaman terlebih dahulu.

Tentu tidak akan sulit menghadirkan pegawai dan karyawan pada hari pertama setelah lebaran dan hari-hari setelah itu dengan manajemen keteladanan. Keteladanan yang ditampilkan seorang pemimpin akan menjadikan dirinya menjadi berwibawa, sehingga para pegawai dan karyawannya akan mengikutinya bukan karena takut, tetapi karena keseganan dan rasa malu jika tidak menjalankan kewajiban, bahkan lebih dari itu, kreatifitas dan inovasi akan muncul dalam bekerja demi kemajuan organisasinya atau tempatnya bekerja. Semangat memiliki, semangat persaingan sehat, dan semangat selalu maju, akan menjalar pada para pegawai atau karyawan yang ditempa dengan manajemen non ancaman. SEKIAN

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum