"DOKTER TDK TEPAT WAKTU"

Rabu, 17 November 2010


Dokter Tdk Tepat Waktu, persis demikianlah kalimat yang tertulis di salah satu sudut sebuah puskesmas di Kota Parepare. Tulisannya dengan pensil, tidak besar dan tidak kecil tapi cukup jelas karena letaknya di sudut pintu masuk puskesmas tersebut. Penulis juga melihatnya tatkala sedang mondar mandir menunggu giliran panggilan dokter.

Pukul 07.15 penulis telah tiba di puskesmas dengan maksud agar cepat mendapat layanan dan bisa kembali ke tempat kerja. Nomor antrian yang terambil ternyata nomor 33, padahal jadual buka puskesmas 07.30, bisa dibayangkan banyaknya pasien hari itu. Selama di puskesmas tersebut ada 4 kali pasien dipanggil. Panggilan pertama di loket, kedua di tempat register, ketiga kalinya baru masuk ke dokter, dan terakhir di tempat pengambilan obat. Hari itu, dokter baru datang pukul 08.30 dengan hanya satu dokter berbanding hampir seratusan pasien.

Bisa dibayangkan riuh rendahnya keadaan saat itu. Disatu sisi dokter baru datang di saat pasien dapat dikatakan telah membludak, dan sisi lain orang banyak yang berkumpul adalah pasien yang semuanya memikul beban penyakit yang dideritanya. Orang sakit pisik, biasanya juga berpengaruh pada konsentrasi pikirannya, ditambah lagi keadaan yang ditemuinya di puskesmas tersebut tidak sesuai harapannya. Orang sakit yang pergi berobat keinginannya tak lain adalah dilayani dengan segera dan sebaik mungkin. Di puskesmas tersebut mereka di hadapkan pada kenyataan para pegawai puskesmas yang lalu lalang di depan mereka (pasien) dengan gelak tawa dan canda mereka tanpa senyum dan sapa kepada pasien yang terus menatap mereka. Belum lagi tempat duduk yang disiapkan sangat tidak mencukupi jumlah pasien yang tentu saja membutuhkan istirahat yang lebih apalagi menunggu datangnya dokter dan tibanya panggilan mereka.

Beberapa pasien menyempatkan “celingak-celinguk” ke dua kamar poli umum dengan harapan dokter cepat datang dan cepat pula panggilannya untuk diperiksa. Penulis sebagai salah satu pasien hari itu tak mau kalah gesit dengan pasien lainnya, namun kegerahan menunggu panggilan hanya ditutupi dengan berjalan kesana kemari, akhirnya: Dokter Tdk Tepat Waktu. Senyumpun terkembang, dan berbagai dugaan interpretasi terhadap maksud tulisan yang saya lihat tersebut kemudian bergelayut dalam pemikiran. Mungkin akibat serupa dengan suasana yang baru saja aku alami sehingga orang atau salah satu pasien menulis kalimat tersebut. Tapi, mungkin pula pegawai puskesmas sendiri yang menulisnya, mungkin karena diwajibkan datang pagi oleh dokter, tetapi dokter sendiri datangnya kesiangan.

Hampir tiga jam proses berobat di puskesmas hari itu. Pada bagian diperiksa dokter adalah paling singkat, tidak lebih dari lima menit. Pada bagian menunggulah yang paling lama, bukan karena ada yang mengatakan “menunggu adalah pekerjaan yang paling berat” tetapi itulah kenyataannya. Apakah situasi serupa terjadi setiap harinya? Jika iya, mengapa tak ada perubahan yang signifikan terlebih lagi pencanangan Parepare Sehat dan Indonesia Sehat telah dilakukan. Mestinya, pelayanan prima kepada masyarakat, utamanya dalam bidang kesehatan harus segera dilaksanakan.
Puskesmas sebagai pelayanan awal kesehatan kepada masyarakat semestinya harus mulai berbenah. Meski secara aturan dan kebijakan formal keberpihakan kepada masyarakat telah memadai, namun yang terpenting oleh masyarakat adalah aplikasinya di lapangan. Pelayanan kesehatan dan obat yang murah membuat masyarakat sangat terbantu, namun tidak berarti paramedis tak perlu senyum kepada pasien dan dokter tak perlu datang pagi melayani pasien yang telah lama menunggunya. Tidakkah sangat pantas puskesmas atau rumah sakit sama dengan sekolah, buka pukul 07.00 dan mulai layanan dokter pukul 07.15? Apalagi, (ini yang terpenting) puskesmas dan rumah sakit menghadapi ORANG SAKIT yang mungkin saja butuh layanan dokter sesegera mungkin, dan jika tidak nyawa taruhannya.

Akhirnya, tulisan ini tujuannya mengharapkan perubahan sebagai suara masyarakat yang pasti tetap membutuhkan puskesmas, bagaimanapun wajah tempat layanan kesehatan itu. Tampilan-tampilan yang di pajang di dinding puskesmas yang tidak hanya berhubungan dengan penyakit tetapi juga ada visi dan misi serta motto puskesmas yang tujuannya tentu saja meningkatkan layanannya kepada masayarakat, semestinya diwujudkan dalam kenyataan layanannya. Seperti contoh motto: Kesehatanmu adalah Kebahagiaanku, adalah salah satunya. Tentu lebih baik lagi jika motto itu didahului dengan kalimat: Sakitmu adalah Dukaku, sehingga ada rasa empati kepada para pasien yang diaplikasikan dengan senyum dan sapa kepada pasien oleh pegawai atau paramedis puskesmas dan tentu saja terutama dokter tepat waktu dan datang pagi hari. SEKIAN.

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum