Tegas sekali Allah SWT menyatakan bahwa kita sesama umat Islam itu bersaudara. Hal ini tentu saja memberi kepastian kepada kita tentang pentingnya saling memerhatikan antara kita umat Islam. Hal ini pulalah yang menjadi dasar bagaimana kita berinteraksi dengan sesama muslim. Persaudaraan sesama umat Islam dikenal dengan Ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan sesama umat Islam ini lebih erat dibanding persaudaraan sedarah, apalagi hanya persaudaraan se suku, sekampung, apalagi cuma seorganisasi. Namun, fatalnya karena sering persaudaraan yang hanya sementara itu dan belum tentu positif melebihi dari ukhuwah Islamiyah tersebut. A. Mempertegas Ukhuwah Islamiyah Banyak kejadian tersaji di tengah-tengah kita yang menampilkan kurang baiknya pemahaman tentang persaudaraan yang sebenarnya. Betapa saat ini, banyak orang terutama umat Islam sendiri yang dengan lantang berani berjuang mati-matian untuk partainya. Cukup banyak pula yang mempertaruhkan jiwa hanya karena urusan ketersinggungan antarkampung atau antarklub sepak bola. Tidak sedikit pula yang tidak menjadikan dasar ukhuwah Islamiyah sebagai pertimbangan dalam memilih wakil atau pemimpin umat Islam ini. Bahkan, yang lebih tragis lagi jika saat ini adalah kurangnya perasaan empati dari umat Islam terhadap penindasan dan perlakuan tidak adil yang dialami oleh umat Islam di beberapa tempat saat ini. Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi, bahkan setelah kita meninggalkan dunia fana ini. Sangat berbeda dengan ukhuwah Jahiliyah yang sifatnya temporer dan bisa saja berdampak negativ bagi yang mengaplikasikannya. Sebagai umat Islam, ada tes yang mudah untuk mengukur derajat ukhuwah Islamiyah yang kita punyai saat ini. Kita dapat mencek dan ricek perasaan kita tatkala melihat atau mengetahui saudara seiman kita mengalami penindasan atau bahkan pembantaian seperti yang terjadi saat ini di Myanmar. Adakah hati ini bergetar karena geram dan marah terhadap mereka yang telah melakukan ketidakadilan terhadap saudara-saudara kita di sana? Lalu dengan tindakan iman yang terendah spontan memanjatkan doa kepada-Nya agar saudara seiman kita di sana tetap diberi kekuatan dan keselamatan, sedangkan yang menindas mereka diberi kehancuran oleh Allah SWT. Adakah itu menyeruak pada diri kita? Atau, kita hanya tahu dan mendengarnya dengan santai tanpa ada getaran sedikitpun, dan mungkin saja kita akan memindahkan channel TV yang menyiarkan berita tersebut? Tak ada respon keimanan dan perasaan ukhuwah Islamiyah. Sungguh suatu malapetaka jika hal tersebut terjadi pada diri kita yang masih mengakui keimanan pada agama Islam. B. Mengaplikasikan Ukhuwah Islamiyah Allah berfirman dalam Surah Ali Imran 103 yang artinya : “Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada agama Allah dan jangan kamu bercerai berai….” Tidak ada yang dapat menyaingi ukhuwah Islamiyah yang kita jalin di antara kita umat Islam. Ukhuwah Islamiyah terjalin bukan hanya dalam persoalan keagamaan belaka, namun seluruh aktifitas keseharian kita, selama masih berinteraksi dengan manusia lainnya, maka ukhuwah Islamiyah harus didahulukan. Kita juga sering terjerembab terhadap suatu persoalan yang mungkin dipengaruhi oleh gencarnya media yang tidak fair dalam mengungkapkan persoalan. Ada kalanya kita terkooptasi terhadap pemberitaan tentang teroris yang selalu mengambil gambar-gambar seperti buku-buku agama, kitab suci, lelaki berjanggut, perempuan bercadar, dan lain sebagainya, sehingga imej kita telah tertuntun untuk mencitrakan negative terhadap saudara kita sendiri. Akhirnya muncullah sikap yang lebih “kritis” terhadap sesama Islam dibanding yang lainnya. Sebagian di antara kita umat Islam sangat kritis terhadap perempuan yang memakai cadar atau jilbab panjang, tetapi santai saja jika ada yang memakai pakaian sexy dan vulgar. Sebagian lagi gerah kepada saudara kita yang memakai sorban dan sangat rajin beribadah di masjid, tetapi sangat toleran kepada temannya yang tidak menjalankan syariat agama. Hal seperti inilah sebagai contoh kealpaan terhadap pemahaman tentang Ukhuwah Islamiyah.
Keyakinan terhadap agama yang kita yakini, Islam, perlu dibuktikan dengan realisasi ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan sehari-hari. Saudara yang sebenarnya adalah sesama umat Islami, dimanapun dia berada, dari suku apapun dia, dari golongan apapun dia, yang penting dia beragama Islam, itulah saudara kita. Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah tidaklah berarti kita berbuat baik hanya kepada yang seagama dengan kita, tentu tidak. Ukhuwah Islamiyah dimaksudkan agar kita memahami tingkatan persaudaraan yang sebenarnya, sehingga pilihan dalam bersikap dan bertindak menjadi lebih terarah sesuai dengan tuntunan agama kita. Mari kita mulai lebih respon terhadap hal yang berkaitan dengan saudara kita, lebih menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan sesuatu, dan lebih yakin terhadap tindakan yang telah kita perbuat. Kita ingin hubungan dan interaksi kita dengan sesama manusia kapan dan dimanapun bernilai ibadah. SEKIAN.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Akses internet yang cepat adalah dambaan semua orang yang aktif memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung aktifitasnya. Tak terkecuali...
-
Secara formal memang tidak dikenal istilah sekolah favorit di Negeri ini. Namun, hampir di setiap daerah, sekolah favorit tetap ada dan sema...
-
Banyak pihak yang akhir-akhir ini meragukan efektifikasi program sertifikasi guru dapat meningkatkan professionalisme pahlawan tanpa tanda j...
-
Kata Baskom, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “tempat air untuk cuci tangan atau muka”. Namun, pada umumnya ibu r...
-
Malam semakin larut, namun mata Rina belum dapat dipejamkan. Degupan jantungnya semakin kencang saja. Mukena yang dipakainya Shalat Isya bel...
Kata Bijak
Apapun harapan dan cita-citamu, semua tergantung kepadamu. Meski bantuan dari oranglain akan sangat bermanfaat, namun sangat kecil bagian dari pencapaian yang kau raih. Usahamu adalah jalanmu untuk menjadi yang kau inginkan. Oleh karena itu, apapun yang telah kau raih dan dapatkan adalah karena dirimu. Senang atau tidak senang terhadap keadaanmu sekarang adalah akibat dari dirimu sendiri. Jadilah dirimu sendiri adalah jalan yang terbaik dan terindah dalam arung kehidupan ini. MS2
Mengenai Saya

- Muh. Syukur Salman
- Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia
- Lahir di Parepare, 35 tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Agustus 1973. Menyelesaikan pendidikan tertingginya di Universitas Negeri Makassar tahun 2004 pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Profesi keseharian adalah Kepala SD Negeri 71 Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Kegemaran dibidang tulis menulis juga membuatku telah menerbitkan 3 buku cerita anak, 1 buku kumpulan ESAI/OPINI pendidikan, dan 1 buku kumpulan cerpen remaja Islam. Mempunyai dua anak berumur 4 tahun yang laki-laki bernama Muh. Uswah Syukur dan berumur 2 tahun yang perempuan bernama Sitti Hasanah Syukur,serta seorang istri cantik bernama Mukrimah.
0 komentar:
Posting Komentar