Menempatkan sesuatu pada porsinya merupakan tindakan yang bijak. Tindakan yang akan dilakukan haruslah dipikirkan sebelum melakukan policy atau kebijakan tersebut. Seringkali kita bermaksud baik ternyata ditanggapi salah oleh objek policy kita, ataukah maksud kita untuk merubah sesuatu kearah yang lebih positif dan normative, ternyata hasil yang kita “panen” justru sebaliknya. Oleh karena itu sebelum melakukan tindakan atau kebijakan jika kita seorang pemimpin harus memikirkan matang-matang baik dan buruknya, positif negatifnya. Tentu kita tidak harus mundur pada suatu niat baik meskipun menerima tantangan, tapi kita tinggal melakukan upaya-upaya rekonstruksi kebijakan, sehingga dukungan yang kita terima jauh lebih banyak dibanding tantangan. Kebijakan yang baik tidak harus tanpa tantangan, tetapi bagaimana kita lebih bijak meminimalisir tantangan tersebut.
Alam demokrasi yang saat ini semakin terasa di republic kita tentu tidak hanya kita rasakan saja, tetapi dibutuhkan ketundukan kita dalam melakukan aktifitas yang bernuansa demokratis. Seorang kepala rumah tangga saja, jika dia bijak dalam menerapkan policy bagi anak istrinya tentu terlebih dahulu dimusyawarahkan. Usul dan saran anggota rumah tangga harus menjadi pertimbangan dalam menerapkan kebijakan yang bersentuhan langsung dengan mereka. Kepala rumah tangga yang cerdas harus mampu meyakinkan anggota rumah tangganya bahwa policy yang akan diterapkan baik dan demi kepentingan seisi rumah. Bukan masanya lagi kepala rumah tangga bertindak otoriter pada keluarganya. Otoriter tidak hanya berarti secara pisik saja, tetapi juga dalam hal kebijakan-kebijakan, bahkan meski kebijakan itu positif adanya.
Hal serupa juga diterapkan di sekolah atau di dalam kelas. Saat ini, guru dianjurkan untuk melakukan curah pendapat tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan siswanya. Guru tidak boleh hanya memberikan materi kepada siswa dengan teknik atau cara yang dimaui oleh guru sendiri, karena hal ini tentu akan ”mengkerdilkan” kreativitas siswa. Gagasan atau ide terhadap proses pembelajaran baik itu keseluruhan maupun per bagiannya yang datang dari siswa, menjadi bahan pelengkap bagi guru dalam memformulasikan teknik yang akan dilaksanakan sehingga dapat berhasil. Kerelaan guru dalam menerima masukan-masukan dari siswa dapat pula dijadikan suatu ”tekanan” pada siswa untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka. Bahkan, pemberian nilai kepada siswa sekalipun tidak boleh terkesan secara subjektif. Siswa harus tahu dan paham alasan dan kriteria penilaian guru terhadap diri dan hasil evaluasinya.
Policy terhadap suatu hal akan lebih banyak menerima tanggapan pro dan kontra jika menyangkut publik atau banyak orang. Makin banyak orang yang terimbas oleh suatu policy, maka semakin banyak kepribadian yang berbeda menanggapi policy tersebut. Kecenderungan seseorang untuk pro atau kontra suatu policy terbagi 3 macam golongan. Golongan pertama adalah orang-orang yang menantang policy karena merugikan dirinya dan menerima policy karena menguntungkan pribadinya. Golongan kedua adalah orang-orang yang menantang suatu policy karena memang policy tersebut tidak positif meskipun itu menguntungkan dirinya, dan menerima policy karena dirasa positif untuk banyak orang meskipun itu merugikan dirinya. Golongan ketiga, selalu mendukung policy karena keinginan yang kuat untuk mendekatkan diri atau mempunyai keinginan khusus kepada sang pencetus policy.
Pemimpin tentu tak lepas dari policy terhadap orang yang dipimpinnya (kata ”bawahan” tidak dipakai lagi untuk orang yang kita pimpin). Policy sebagaimana yang dijelaskan adalah untuk mengatur ke arah yang positif dan bermanfaat bagi orang-orang yang dipimpinnya. Bukan zamannya lagi policy seorang pemimpin hanya untuk memperlihatkan kekuatannya, sehingga yang di bawahnya tidak berani untuk memberikan tantangan terhadap policy yang diterapkan kepadanya. Tidaklah elegan seorang pemimpin untuk menerapkan suatu policy tanpa menanyakan kesiapan objek policy tersebut, meskipun policy tersebut terang-terangan akan berdampak positif bagi mereka. Penghargaan terhadap objek policy dengan mendengarkan mereka terhadap rencana policy tersebut, akan berdampak positif terhadap penerimaan policy yang akan diterapkan dan tidak menimbulkan kontra produktif. Pemimpin yang hanya melihat kesalahan orang yang dipimpinnya terlebih lagi jika kesalahan itu diekspos di depan umum adalah termasuk dalam policy yang akan berdampak kontra produktif. Begitu pula jika suatu policy dilaksanakan dengan secara tiba-tiba meskipun policy itu bermaksud positif, juga dapat bernasib sama yakni kontra produktif.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menerapkan suatu policy yang menyangkut banyak orang sehingga policy tersebut dapat berjalan dengan baik, antara lain:
1. Policy yang akan dilaksanakan bukan dadakan tetapi harus melalui tahapan perencanaan dan pertimbangan yang cukup matang. Seorang pemimpin haruslah mempunyai renstra (rencana Strategis) serta program kerja yang akan dilakukan selama kurun waktu tertentu. Renstra dan Program dibuat untuk dilaksanakan agar gerak langkah dalam memimpin terarah pada tujuan.
2. Policy yang telah matang pada diri kita (pelaksana policy/pemimpin) harus didiskusikan dengan orang-orang yang berkompeten terhadap masalah yang berhubungan dengan policy tersebut.
3. Hasil dari diskusi tersebut, harus disosialisasikan kepada objek policy tadi sehingga pertanyaan dan masukan dapat pula ditampung untuk dijadikan bahan pertimbangan atau sebagai penyempurna policy. Bagian ini adalah sangat penting karena disinilah kita dapat mempredikasi pro dan kontra suatu policy yang akan dilaksanakan. Pada bagian ini pula pencetus policy dapat meyakinkan atas manfaat yang diperoleh dalam melaksanakan policy yang akan diterapkan.
4. Pelaksanaan policy jangan sampai terjadi perbedaan dengan yang telah disepakati, apalagi berbeda dengan yang telah disosialisasikan.
5. Follow Up Policy. Ini penting dilaksanakan juga, agar tidak terjadi anggapan policy yang telah dilaksanakan tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Sebaiknya policy yang satu dengan yang lainnya ada hubungan yang saling mendukung sehingga tidak terkesan policy-policy yang kita lakukan hanya asal ”comot” saja.
Kelima saran di atas dalam menerapkan suatu policy yang akan ”dilempar” seorang pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpinnya tentu saja pelaksanaannya sangat tergantung kepada kepribadian sang pimpinan. Pemimpin yang baik tentulah harus dapat mendengar, melihat, dan juga merasakan apa-apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan orang-orang yang dipimpinnya, sehingga policy yang akan dilakukan tak lain dan tak bukan hanya untuk menjadikan orang yang kita pimpin lebih baik. Sebagai pemimpin, tentunya tidak mengharapkan policy yang diterapkan kontra produktif, yang akan menyita waktu dan tenaga serta mungkin pendanaan yang cukup banyak. Menyerap aspirasi dari bawah justru merupakan usaha elegan dalam merancang suatu policy. Selamat menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang dicintai oleh orang-orang yang dipimpinnya. SEKIAN.
POLICY KONTRA PRODUKTIF
Muh. Syukur Salman
Jumat, 19 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Akses internet yang cepat adalah dambaan semua orang yang aktif memanfaatkan internet sebagai sarana pendukung aktifitasnya. Tak terkecuali...
-
Secara formal memang tidak dikenal istilah sekolah favorit di Negeri ini. Namun, hampir di setiap daerah, sekolah favorit tetap ada dan sema...
-
Banyak pihak yang akhir-akhir ini meragukan efektifikasi program sertifikasi guru dapat meningkatkan professionalisme pahlawan tanpa tanda j...
-
Kata Baskom, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “tempat air untuk cuci tangan atau muka”. Namun, pada umumnya ibu r...
-
Malam semakin larut, namun mata Rina belum dapat dipejamkan. Degupan jantungnya semakin kencang saja. Mukena yang dipakainya Shalat Isya bel...
Kata Bijak
Apapun harapan dan cita-citamu, semua tergantung kepadamu. Meski bantuan dari oranglain akan sangat bermanfaat, namun sangat kecil bagian dari pencapaian yang kau raih. Usahamu adalah jalanmu untuk menjadi yang kau inginkan. Oleh karena itu, apapun yang telah kau raih dan dapatkan adalah karena dirimu. Senang atau tidak senang terhadap keadaanmu sekarang adalah akibat dari dirimu sendiri. Jadilah dirimu sendiri adalah jalan yang terbaik dan terindah dalam arung kehidupan ini. MS2
Mengenai Saya
- Muh. Syukur Salman
- Parepare, Sulawesi Selatan, Indonesia
- Lahir di Parepare, 35 tahun yang lalu tepatnya tanggal 14 Agustus 1973. Menyelesaikan pendidikan tertingginya di Universitas Negeri Makassar tahun 2004 pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Profesi keseharian adalah Kepala SD Negeri 71 Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Kegemaran dibidang tulis menulis juga membuatku telah menerbitkan 3 buku cerita anak, 1 buku kumpulan ESAI/OPINI pendidikan, dan 1 buku kumpulan cerpen remaja Islam. Mempunyai dua anak berumur 4 tahun yang laki-laki bernama Muh. Uswah Syukur dan berumur 2 tahun yang perempuan bernama Sitti Hasanah Syukur,serta seorang istri cantik bernama Mukrimah.
0 komentar:
Posting Komentar