Denting Ayu Ting Ting

Sabtu, 17 Desember 2011



Ketenaran artis yang satu ini, memang sangat fenomenal. Kesederhanaan substansi isi lagunya mengikuti keluguan tampilan Ayu Ting Ting di atas panggung. Penggemarnya pun terdeteksi segala lapisan masyarakat, baik usia, profesi, maupun jenis kelamin. Gadis imut ini, telah berhasil mencengangkan industri entertain, bahwa siapapun dia jika sampai waktunya akan menjadi terkenal juga. Perlu diketahui, artis yang masih di bawah 20 tahunan ini sebenarnya sempat pupus harapan menjadi penyanyi, apalagi terkenal seperti saat ini. Sebelumnya, Ayu sempat mendapat banyak ejekan terhadap pilihan genre dangdut yang dipilihnya. Keuletan dan motivasilah yang merubah nasib Ayu Ting Ting menjadi “berdenting” seperti saat ini.

Penantian masyarakat untuk melihat, mendengar, dan menyimak lagu “Salah Alamat” akan menjadi hambar jika yang membawakan lagu tersebut bukan Ayu. Komplitlah sudah unsur penyebab semakin berdentingnya Ayu Ting Ting. Konser dan tampilan tentu sudah tak terhitung lagi yang dilakoni oleh Ayu. Sudah berapa banyak iklan TV dan radio yang dibintanginya. Tentu antrian panjang menunggu tanda tangan kontrak olehnya untuk beragam acara hiburan. Denting Ayu Ting Ting telah terdengar oleh seluruh lapisan masyarakat dan telah merambah ke pelosok negeri ini, sekaligus menempatkannya menjadi artis paling fenomenal saat ini, sekurang-kurangnya demikian anggapan penulis. Masih ada yang kurang rasanya, jika diperayaan hiburan daerah tanpa lagunya Ayu, diacara hiburan pengantin para tamu menunggu “Salah Alamat” disenandungkan, bahkan sangat banyak dari anak-anak sekolah kita yang sempat menghafal lagu Ayu itu.

Denting Ayu Ting Ting telah melengking keras sampai memengaruhi kita sebagai penikmat hiburan. Namun, akankah kita hanya sebagai penikmat belaka tanpa berusaha juga menjadi pemain? Bagaimana Ayu Ting Ting dapat menjadi contoh buat kita untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri kita masing-masing. Ada kalanya sebagian kita langsung menyanggah dengan alasan yeng kekanak-kanakan, yakni: aku tidak punya suara semerdu dia, paras wajahku tak secantik Ayu, aku kan tinggal di daerah yang jauh dari promosi, dan berbagai alasan yang ujungnya mengarah pada “melemahkan dan mematikan potensi diri.” Kita harus menyambut “denting” Ayu Ting Ting, agar kita pun mampu berdenting. Tentu tidak harus jadi artis seperti dia, yang mesti bergoyang seksi dan berpakaian minim tersebut. Setiap kita manusia, telah dianugrahi oleh Allah potensi masing-masing. Inilah yang harus kita dentingkan sehingga dapat menjadi kebanggaan dan prestasi.

Kita biasanya hanya meneropong keberhasilan seseorang hanya pada saat itu saja, tanpa menggali lebih dalam proses jatuh bangunnya dia. Bahwa seseorang haruslah meniti karir dari bawah dengan segala onak dan duri, adalah merupakan sunnatullah. Tak ada yang kebetulan di dunia ini, semua terencana dan melalui sebuah proses yang runtut. Sinta dan Jojo, bukan kebetulan mengunggah rekamannya ke Youtube sehinga mereka sempat terkenal. Norman Kamaru juga demikian, semua pasti memunyai sebuah proses, meski terkadang tak disadari. Oleh karena itu, tak ayal lagi kita harus menemukan potensi diri, selanjutnya berusahalah untuk mengasahnya. Namun, terkadang kita lemah untuk bangkit kembali setelah “terjatuh”, padahal itu semua adalah bagian dari proses. Identik dengan hukum fisika, semakin keras daya dorong maka akan semakin keras pula daya tolak. Hukum ini juga berlaku pada sisi kehidupan yang lain, termasuk seberapa melengking denting potensi diri. Kejatuhan yang mendalam dalam proses kehidupan ini, jika kita mampu bangkit akan menjadi sesuatu yang mungkin akan mencengangkan kita sendiri. Meski hambatan, kejatuhan, aral, dan segala bentuk kegagalan sementara merupakan bagian dari proses pengembangan diri kita, namun hal tersebut tak harus sengaja untuk diadakan.

Sesuatu yang membuat kita ciut untuk melanjutkan cita-cita besar diri, adalah kondisi kejatuhan tadi. Ejekan dan cemohon serta kegagalan awal yang dirasakan Ayu Ting Ting, tentu akan menjadi penutup lembaran hidupnya, jika dia tidak tegar melawan dan menjadikannya sebuah motivasi untuk bangkit kembali. Jalan pintas yang sementara ini masih banyak menjadi pilihan orang dalam merengkuh keberhasilan, dengan melakukan hal-hal yang tidak senonoh dan diluar area proses tadi, jangan sampai membuat kita juga mencobanya. Rentetan anak tangga haruslah dijajaki satu persatu jika akan naik, dan jangan sampai kita berusaha langsung ke anak tangga kelima misalnya, karena akan membuat kita terjatuh pada akhirnya. Tanpa disadari, sering sikap dan perkataan kita sendiri yang melemahkan dan membuat kita selalu tertunduk mengiyakan kelemahan. Kecil hati dan sakit hati, silahkan, tapi jangan berlarut-larut sehingga lupa bahwa hal itu bagian dari proses besar yang sedang kita lakoni. “Lonceng” diri ini belum lagi berdenting, kita biasanya sudah loyo duluan. Goyangkan lonceng itu sekeras-kerasnya sehingga mampu berdenting melengking untuk menutupi suara-suara ketidakmampuan yang sering meletup pula di dalam maupun di luar diri kita.

Jika denting Ayu Ting Ting pada sudut dunia hiburan, kita harus mampu berdenting pada sudut-sudut dunia yang lainnya. Sudut keberhasilan di dunia ini, tak terhingga sehingga peluang masih terbuka luas untuk berdenting di sudut yang lainnya. Sebagai guru, berdentinglah menjadi guru kreatif apalagi telah menikmati tunjangan profesi, sebagai PNS berdentinglah untuk berprestasi tanpa harus “menggendutkan rekening”, sebagai pejabat, berdentinglah untuk menjga kredibiltas tanpa harus korupsi, dan lain sebagainya. Kesimpulannya adalah silahkan menikmati konser Goyang Gayung dan denting Ayu Ting Ting, tapi jangan lupa bahwa diri kita juga punya “lonceng” yang siap berdenting menyamai bahkan bisa melebihi denting Ayu Ting Ting. SEKIAN.

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum