BOIKOT ARTIS BERPRILAKU NEGATIF

Jumat, 15 Mei 2009


BOIKOT ARTIS BERPRILAKU NEGATIF

Tak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak artis yang berbuat dan berprilaku negatiF. Sebut saja prilaku kawin cerai dan gonta ganti pacar yang hampir menjadi sesuatu yang biasa dalam dunia keartisan, berpakaian dan berprilaku seksi, belum lagi artis yang melakukan kumpul kebo, mendurhakai orangtuanya, tindak kekerasan, narkoba, dan lain sebagainya. Ternyata, artis yang berprilaku negatif semacam itu sama sekali tak berpengaruh terhadap profesinya, dalam arti ketenarannya menjadi tidak surut, bahkan justru beberapa diantaranya terkesan menjadikan prilaku negative tadi sebagai kiat untuk mendongkrak popularitasnya. Meski hukum tetap dengan keputusan pengadilan dan telah merasakan jeruji penjara tapi juga tidak berpengaruh, maka sebagai masyarakat harus turut memberikan efek jera kepada artis yang demikian dengan melakukan pemboikotan kepada mereka.

Artis termasuk profesi public figure. Hampir seluruh prikehidupannya mendapat sorotan dari masyarakat. Apatah lagi program acara semacam intertainment semakin menjamur saja, tidak hanya di media elektronik tapi juga di media cetak. Tidak hanya persoalan diri pribadi artis bersangkutan yang sering diliput dan disiarkan tetapi juga yang berada di sekitar lingkungan artis tersebut. Baik dan buruk, positif dan negatifpun seakan tidak ada lagi batasnya dalam pemberitaan tentang artis. Hal inilah yang secara bulat-bulat “ditelan” olah masyarakat sebagai sesuatu yang menjadi perhatiannya dan sebisa mungkin juga akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Tak ada yang dapat menyangkal bahwa ekspose terhadap artis dan sinetron serta film yang semakin fulgar berpengaruh terhadap terjadinya pergeseran nilai di masyarakat. Masyarakat telah menganggap sesuatu yang dulunya tabu saat ini menjadi sesuatu yang wajar-wajar saja. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut akan semakin membuat bangsa ini akan jauh dari nilai-nilai etika dan agama sebagai benteng terakhir rusaknya moral bangsa yang dikenal religius ini. Artis yang berprilaku negative ternyata semakin banyak saja dan semakin beragam prilaku negative yang dilakukannya. Informasi tersebut telah dipahami oleh masyarakat secara luas dan sangat rinci, bahkan dibeberapa kesempatan menjadi topic pembicaraan masyarakat. Semakin masyarakat menjadikan informasi keartisan sebagai “konsumsi” dialog aktifitas mereka sehari-hari, maka semakin giatlah pemberitaan artis tersebut di media. Juga terkesan bahwa semakin “heboh” prilaku negative yang dilakukan seorang artis maka semakin menjadi konsumsi public yang “hot”. Sehingga wajar jika masyarakat akan semakin disuguhi pemberitaan tentang artis yang semakin banyak dan semakin beragam termasuk prilaku negatifnya.

Jika seorang PNS berprilaku negative dan terbukti serta mendapat hukuman tetap dari pengadilan, maka yakinlah PNS tersebut akan mendapat ganjaran pula dari institusi profesinya, seperti penurunan pangkat atau sampai pada pemecatan. Belum lagi hukuman dari masyarakat, seperti “pengucilan” terhadap PNS tersebut. Hal yang bertolak belakang terjadi pada profesi artis. Meski telah dihukum penjara karena kasus prilaku negatif seperti narkoba, tetapi profesi keartisan yang melekat padanya tidak surut bahkan semakin ”laris manis”. Belum lagi jika prilaku negatif yang dilakukan artis tersebut tidak tersentuh oleh hukum seperti gonta ganti pacar, kawin cerai, pakaian dan prilaku porno, dan sebagainya, akan semakin laku saja artis itu.

Masyarakat adalah objek dari popularitas seorang artis. Artinya, artis tersebut akan ”laku” jika ada ”pembelinya.” Masyarakatlah yang membuat artis yang berprilaku negatif dan dapat merusak etika bangsa ini, tetap eksis. Masyarakat, sadar atau tidak, telah berkontribusi terhadap berkembangnya orang-orang dan prilaku-prilaku yang dapat merusak masyarakat sendiri dan bangsanya ini. Selain itu produk-produk acara intertainment selalu berusaha menonjolkan hal yang sebenarnya terlarang dan memalukan di masyarakat menjadi sesuatu yang biasa saja di dunia keartisan, dan terus mengadakan pembelaan dalam pemberitaannya terhadap prilaku negatif yang dilakukan artis tersebut.

Masyarakat sebagai pangsa pasar dari profesi keartisan sebenarnya memiliki posisi tawar yang paling penting. Oleh karena itu, masyarakat harus memanfaatkan posisinya itu untuk mengubah situasi yang tidak normal ini. Masyarakat harus menahan gerak yang membawa bangsa ini untuk jauh dari nilai-nilai positif. Artis yang telah berprilaku negatif harus mendapat ”hukuman” dari masyarakat, sehingga kita tidak lagi melihat prilaku negatif (pelanggaran hukum) dilakukan artis tersebut secara berulang. Lebih lanjut lagi, ”hukuman” yang diberikan oleh masyarakat akan menjadi pelajaran bagi artis lainnya. Boikot artis-artis yang melakukan prilaku negatif, yang merusakan sendi-sendi etika di masyarakat. Jangan menonton sinetron atau film yang pemerannya ada artis berprilaku negatif. Oleh karena itu, sebaiknya tidak hanya politisi diurut kebobrokannya tetapi juga ada urutan artis yang berprilaku negatif. Selanjutnya, masyarakat harus berani memboikot artis tersebut, jangan malah semakin digemari, itu yang salah.

Masyarakat dalam hal pemboikotan tentu sesuai kapabilitasnya. Mungkin pemboikotan secara pribadi, dalam keluarga, ormas, bahkan pemda dapat melakukan pemboikotan, dan yang paling kita harapkan pemerintah pusat juga dapat melakukan hal serupa demi bangsa ini. Kita salut kepada beberapa pemda yang telah melarang masuknya artis-artis yang berprilaku negatif untuk tampil di daerahnya. Beberapa ormas juga telah melakukan hal serupa dengan memboikot media (majalah) yang menampilkan gambar artis yang seronok. Kita tunggu boikot-boikot atau tindakan-tindakan nyata dari beberapa lembaga yang berpengaruh di Republik ini, seperti MUI, Pemerintah Pusat, dan lainnya demi tetap terjaganya nilai-nilai luhur bangsa ini.

Boikot yang dilakukan oleh masyarakat akan dapat merobah situasi yang tidak sehat tersebut. Artis yang terkena boikot akan tidak laku lagi karena tidak adanya pangsa pasar buat mereka. Ketenaran mereka akan surut dan tentu jika mereka masih ingin menggeluti dunia keartisannya, maka mereka akan mengubah prilaku negatifnya tersebut, atau secara terbuka memohon maaf kepada masyarakat akan prilaku negatif yang pernah dilakukannya. Jika ini telah menjadi trend dalam ”mengkonsumsi” acara-acara keartisan, maka artis-artis yang bertahan dalam ketenarannya adalah artis-artis yang menyuguhkan pembelajaran positif bagi masyarakat. SEKIAN

0 komentar:

 
SYUKUR SALMAN BLOG © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum